Senin 25 Nov 2013 20:12 WIB

Oposisi Turun ke Jalan Tuntut Yingluck Mundur

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Demonstran antipemerintah melambaikan bendera Thailand, menuntut PM Yingluck Shinawatra mundur dari jabatannya.
Foto: AP PHOTO
Demonstran antipemerintah melambaikan bendera Thailand, menuntut PM Yingluck Shinawatra mundur dari jabatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pengunjuk rasa dari kelompok oposisi menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra.

 Pengunjuk rasa yang kini memasuki komplek Kementerian Keuangan tak menginginkan Yingluck yang dituding hanya perpanjangan tangan Thaksin Shinawatra terus berkuasa.

 

 Al Jazeera menyatakan kelompok pengunjuk rasa kini menyerbu halaman komplek Kemenkeu dan Biro Anggaran, Senin (25/11). Tindakan ini merupakan protes paling berani yang dilakukan oposisi sejak bulan lalu.

 

 Reuters menyebutkan sekitar seribu pengunjuk rasa telah memasuki kompleks tersebut. Sementara itu, 30 ribu pengunjuk rasa lain yang tersebar di 13 wilayah di Bangkok meneriakkan kata ''keluar''.

 

Target lokasi mereka yakni  berkumpul di kantor pemerintah, militer, pangkalan angkatan laut dan televisi milik negara. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran kekerasan akan terjadi dalam krisis politik di Thailand ini.

Sementara itu Perdana Menteri Yingluck Shinawatra menolak untuk turun. Ia menyatakan tak ada niat sedikit pun untuk mengundurkan diri.

Begitu juga niat untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.Ia mengatakan saat ini kabinet negara masih berfungsi meskipun pemerintah sedang menghadapi kesulitan.

Khususnya kepada mereka yang kini menunjukkan tujuan politik.Ia pun meminta setiap pihak bertemu dan berunding untuk menemukan cara damai untuk penyelesaian konflik ini.

Sementara Wakil Menteri Perdagangan, Nuttawut Saikuar, dikutip dari The Nation, mengatakan pemerintah melindungi demokrasi dari upaya reli anti pemerintah yang dipimpin Suthep Thaugsuban.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement