REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, meminta kepada seluruh pihak untuk tidak menyalahartikan kunjungannya bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ke kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa (26/11) pagi.
Sejumlah kalangan menilai, kunjungan tersebut menjadi sinyal semakin dekatnya duo Hatta-Jokowi jelang pemilihan presiden 2014. "Jangan dibawa-bawa ke politik," ujar Hatta. Dia menyampaikannya selepas membuka Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Menteri Negara-Negara Anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) IX 2013 di kantornya, Selasa siang.
Hatta bersama Jokowi mendatangi kampus UI dengan tujuan membuka seminar Konsultasi dan Diskusi Publik Tentang Masalah Banjir, Genangan, Rob, Penurunan Muka Tanah, dan Degradasi Lingkungan Pesisir Ibu NKRI di Gedung Sabha Widya.
Tidak sebagaimana biasanya, kedua tokoh itu tidak menggunakan mobil dinasnya. Hatta, Jokowi, dan rombongan menggunakan transportasi massal kereta rel listrik (KRL) Commuter Line dari Stasiun Cikini. Setelah tiba di Stasiun UI, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan bus kuning. Keduanya disambut oleh Rektor UI, Muhammad Anis, dan dosen Fakultas Teknik UI Firdaus Ali di Gedung Sabha Widya.
Dalam sambutannya, Jokowi mengajak seluruh civitas akademika UI untuk turut serta berkontribusi dalam menyelesaikan masalah terkait sumber daya air di Ibu Kota Jakarta. Permasalahan itu meliputi banjir, genangan, rob, penurunan permukaan tanah, hingga degradasi lingkungan pesisir Ibu kota.
Jokowi mencontohkan langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah pusat dan Pemerintah DKI Jakarta untuk mengurangi dampak banjir seperti pengerukan kali, sungai, maupun waduk. Menurutnya, langkah itu tak menyelesaikan masalah. "Oleh sebab itu, diperlukan sebuah terobosan yang didasari oleh gagasan, ide, dan pemikiran besar," kata Jokowi.
Sementara dalam sambutannya, Hatta mengungkapkan sejumlah permasalahan yang mendera Jakarta, tidak bisa diserahkan ke Pemerintah DKI Jakarta saja. Soalnya, Jakarta terkoneksi dengan daerah penglaju seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. "Di upstream, yaitu puncak, serapan air telah berubah. Sedangkan di downstream, perubahan iklim telah membuat permukaan laut meningkat 0,5 cm setiap tahunnya," kata Hatta.
Dia memastikan, upaya mitigasi, baik dari pemerintah pusat maupun Pemerintah DKI Jakarta, terus dilakukan. Untuk mengatasi masalah tadi, diperlukan sebuah masterplan. "Masterplan dalam perjalanannya dapat diubah, bergantung pada kondisi yang ada," ujar Hatta.