REPUBLIKA.CO.ID, Abdul Aziz, lahir sebagai Jermain Boody. Ia dibesarkan di Charleston, Virgina Barat, AS.
Keluarganya merupakan penganut Kristen yang taat. Itu sebabnya, sejak kecil ia sudah akrab dengan suasana gereja dan sekolah Minggu. Ini dilakukannya hingga memasuki usia remaja.
"Ketika memasuki usia pubertas, saya mulai tertarik dengan perempuan. Ini yang lebih penting menurut saya ketimbang hal lain," kata dia seperti dikutip arabnews.com, Selasa (26/11). Di saat bersamaan, ia mulai pula berkenalan dengan narkoba. Satu hal yang mengubah kehidupannya.
"Karena narkoba ini, nyawa saya terancam. Ditembak, kehilangan pekerjaan, keluarga dan sahabat, lengkap sudah," kata dia.
Pada satu titik. Abdul Aziz tak lagi bisa hidup dengan narkoba. Ia ingin hidup normal. Ia pun mulai kembali hidupnya dari awal dengan membaca Injil. Namun, itu tidak memuasknya. Lagi-lagi rasa frustasi berkeliaran dipikirannya. "Saya bingung," kata dia.
Berulang kali ia berdialog dengan pendeta. Rasa tidak puas selalu ia dapat. Suatu hari ia diperkenalkan dengan Islam oleh seorang teman. Saat itu, Abdul Aziz belum terlalu tertarik. "Saya ingat betul bagaimana pada akhirnya saya ingin jadi seorang Muslim, yakni ketika mendengar ayat-ayat Alquran," kata dia.
Tak sampai disitu, ia juga mulai menghadiri shalat Jumat, meski hanya sebatas ingin melihat. Selepas shalat Jumat biasanya ia berdialog dengan imam yang memimpin shalat. "Saat itu, semua serba spontan. Saya tidak benar-benar fokus, karena saya masih bingung," kata dia.
Rasa bingung itu mulai sirnah, ketika ia mulai memberanikan diri mendengarkan khutbah Jumat. Ini dilakukannya selama sembilan bulan. Perlahan, Islam mulai menyentuh hatinya. Ia tak lagi mendatangi gereja, dan tak lama, Abdul Aziz mengucapkan dua kalimat syahadat.
Kini, ia seorang pendakwah yang disegani. Ia menjadi pemandu siapa saja yang ingin mengenal Islam. Pemahamannya tentang ajaran Islam pun semakin terasah.
Ikuti Whatsapp Channel Republika