Selasa 26 Nov 2013 21:31 WIB

Skotlandia Merdeka Akan Pertahankan Poundsterling dan Ratu

Bendera Skotlandia
Foto: IST
Bendera Skotlandia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Skotlandia merdeka akan tetap menggunakan mata uang ponsterling, mengakui ratu dan berada di Uni Eropa, namun memiliki angkatan bersenjata serta mengutip pajak sendiri, kata Menteri Pertama Alex Salmond pada Selasa.

Dalam cetak biru 670 halaman untuk meyakinkan warga Skotlandia ikut memilih pada 18 September tahun depan guna mengakhiri 306 tahun penyatuan dengan Inggris, Salmond mengatakan tidak perlu ada kenaikan pajak jika Skotlandia memisahkan diri.

Meski kelompok separatis kalah suara dalam jajak pendapat, Partai National Skotlandia berharap cetak biru itu akan mampu meyakinkan mereka yang masih skeptis serta menjawab tudingan bahwa Partai Nasional Skotlandia (SNP) menghindar.

"Kami tahu kami punya orang, keahlian, dan sumberdaya untuk membuat Skotlandia menjadi negara yang lebih berhasil," kata Salmond, pemimpin pemerintahan desentralisasi di Skotlandia yang saat ini masih menjadi bagian dari Inggris.

Ia mengatakan pajak di Skotlandia tidak akan digunakan untuk program nuklir dan rudal nuklir Inggris akan dipindahkan dari Skotlandia demi kebaikan."Kemerdekaan akan membuat rakyat Skotlandia memiliki wewenang atas nasib kami sendiri," imbuh dia.

Wakil Menteri Pertama Nicola Sturgeon menggambarkan dokumen tersebut sebagai "cetak biru paling komprehensif dan rinci yang pernah dibuat untuk masa depan negara merdeka".

Keinginan Skotlandia untuk merdeka menjadi fokus pengamatan masyarakat internasional, terutama di Catalunya dimana 80 persen warganya menginginkan pemungutan suara untuk merdeka dari Spanyol.

"Jika ini dimungkinkan di Inggris, tentunya dimungkinkan juga di Spanyol," kata Albert Royo, sekretaris jendral Diplocat, Dewan Diplomasi Publik Catalunya yang merupakan badan swasta bertanggung jawab membangun dukungan untuk referendum Catalunya.

Sepuluh bulan menjelang pemungutan suara di Skotlandia, sebagian besar dari 5 juta warga Skotlandia masih belum punya pilihan.

Hasil jajak pendapat terakhir yang disiarkan "Sunday Times" pada pekan ini menyebutkan bahwa perbedaan suara semakin menipis dengan 47 persen suara menentang pemisahan dari Inggris, 38 persen mendukung dan 15 persen belum menentukan.

Tiga partai politik utama menentang pemisahan diri tersebut dan mengatakan bahwa jika berjalan sendiri Skotlandia akan mengalami masalah ekonomi dan tidak mampu mempertahankan diri maupun memproyeksikan kekuatan di panggung dunia sama seperti ketika masih menyatu dengan Inggris.

Yang menjadi taruhan adalah cadangan minyak Inggris di Laut Utara sementara debat mengenai bagaimana Inggris akan memisahkan utang nasionalnya serta isu senjata nuklir sudah muncul.

Pendukung penyatuan dalam beberapa minggu ini terbantu oleh dua laporan dari institusi keuangan. Satu laporan memperingatkan bahwa Skotlandia harus menaikkan pajak dan mengurangi pengeluaran karena cadangan minyak di Laut Utara menurun dan penduduknya banyak yang sudah berusia lanjut. Laporan kedua mengatakan bahwa kemerdekaan akan memperumit tunjangan lintas batas.

Namun Alistair Carmichael, sekretaris baru Skotlandia dalam pemerintahan Inggris menyadari kekuatan pemilih yang masih ragu-ragu yang membuat SNP mengalami penurunan suara dua tahun lalu.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement