Rabu 27 Nov 2013 09:40 WIB

Poliklinik Tutup karena Dokter Mogok, Pasien: Dokter Permainkan Nyawa Manusia

Rep: Eko Widyanto/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Demonstran yang tergabung dalam Dokter Indonesia Bersatu (DIB) melakukan aksi damai di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (24/10). (Republika/ Tahta Aidilla)
Demonstran yang tergabung dalam Dokter Indonesia Bersatu (DIB) melakukan aksi damai di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (24/10). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Aksi mogok para dokter juga dilaksanakan di RSU Margono Soekardjo, yang merupakan salah satu RS rujukan di wilayah Jawa Tengah bagian barat.

Aksi mogok dilakukan Rabu (27/11), dengan tidak membuka layanan poliklinik di RS tersebut. Akibat kebijakan ini, beberapa pasien yang sudah datang sejak pagi hari harus menelan kekecewaan, bahkan antara beberapa keluarga pasien dan petugas RS sempat terjadi perdebatan.

Para pasien mempertanyakan mengapa layanan poliklinik tutup padahal bukan hari libur. Kepada para pasien beberapa petugas RS yang menemui pasien, menjelaskan poliklinik tutup karena para dokternya sedang melaksanakan aksi mogok.

''Hari ini para dokter yang bertugas di poliklinik sedang tidak memberikan layanan. Silakan datang lagi besok,'' kata seorang petugas RS Margono pada beberapa pasien yang mengajukan protes.

Di RSU Margono, selain memberikan layananan medis bagi pasien rawat inap, juga memberikan layanan berobat jalan melalui bagian poliklinik.

Ada beberapa poliklinik di RS tersebut, seperti poliklinik penyakit syaraf, penyakit dalam, jantung, anak, mata dan bebeberapa poliklinik lainnya. Pasien yang datang ke poliklinik tersebut, biasanya dilayani para dokter spesialis yang terkait dengan jenis penyakitnya.

Endang (47 tahun), seorang warga Baturaden yang hendak berobat jalan di RSU Margono, mengaku datang sejak pukul 06.30 di RSU Margono, dengan harapan agar tidak menunggu terlalu lama untuk mendapat layanan poliklinik. ''Saya berobat jalan ke Margono, karena penyakit Asma saya kambuh,'' katanya.

Namun setelah sampai di RS, ternyata layanan poliklinik di RS tersebut tidak buka. ''Ini bagaimana sih para dokternya? Kan banyak pasien yang sudah datang jauh-jauh dar rumahnya, tapi sampai RS ternyata tutup,'' jelasnya.

Dia menyesalkan aksi mogok para dokter tersebut, karena secara tidak langsung para dokter tersebut telah 'bermain-main' dengan nyawa manusia. ''Kalau dokternya tidak mau melayani orang yang sakit, berarti mereka tidak menghargai nyawa manusia,'' katanya.

Dari pengamatan di RS tersebut, untuk unit gawat darurat, pasien tetap dilayani. Beberapa mobil ambulans yang membawa pasien rujukan, langsung diterima petugas medis di RS tersebut. Namun di unit tersebut, para pasien yang datang ke RS Gawat Darurat hanya dilayani dokter umum, residen dan petugas paramedis. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement