Rabu 27 Nov 2013 13:50 WIB

Lapangan Ruby Mulai Produksi 85 Miliar BTUD Gas untuk Domestik

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Ladang gas
Foto: Yudhi Mahatma/Antara
Ladang gas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lapangan Gas Ruby, Blok Sebuku, yang dioperasikan oleh afiliasi dari Mubadala Petroleum di Indonesia, mulai berproduksi pada 27 Oktober 2013. Sejak itu, produksi sebesar 85 miliar british thermal unit per hari (bbtud) dipasok ke pembeli domestik, yakni PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT).

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Johanes Widjonarko mengatakan, itu adalah langkah konkrit dukungan pemerintah untuk terus berkomitmen mengalokasikan gas untuk kepentingan domestik. ''Sekaligus memberdayakan industri pupuk nasional,” kata dia saat peresmian proyek gas lapangan Ruby di Jakarta, kemarin malam.

Hadir pada kesempatan tersebut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Susilo Siswoutomo, dan Chief Executive Officer Mubadala Petroleum, Maurizio La Noce.

Widjonarko menjelaskan, jangka waktu kontrak jual beli gas bumi antara PKT dengan Mubadala Petroleum berlaku hingga 31 Desember 2021.

Direncanakan, lapangan gas Ruby akan memasok 85 BBtud hingga akhir tahun 2017, selanjutnya akan menurun sesuai dengan produksi lapangan tersebut. Sekitar 250 miliar kaki kubik (bcf) gas akan diproduksi untuk kebutuhan pasar domestik selama umur produksi lapangan tersebut.

Dia menerangkan, gas pertama dari lapangan Ruby diproduksi setelah penyelesaian pengeboran empat sumur produksi dan instalasi anjungan lepas pantai. Seluruh fasilitas anjungan di bangun di area fabrikasi di Indonesia. Dari anjungan, dibangun pipa bawah laut sepanjang 312 kilometer ke terminal khusus pengolahan fasilitas gas di Senipah yang dioperasikan oleh Total E&P Indonesie.

“Apresiasi diberikan atas kerja sama seluruh pihak terkait, sehingga proyek ini dapat diselesaikan tepat waktu,” kata Widjonarko.

Dia menjelaskan, pemerintah menyetujui pengembangan lapangan gas Ruby oleh Mubadala Petroleum di Selat Makassar di antara Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi pada Juni 2011. Sementara Plan of Development (POD) telah disetujui Pemerintah Indonesia pada Juli 2008.

Mubadala Petroleum, memegang working interest sebesar 70 persen sekaligus menjadi operator. Total E&P Sebuku dan INPEX South Makassar masing-masing memegang 15 persen.Proyek Ruby, kata Widjonarko, merupakan investasi energi tunggal terbesar di Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan Uni Emirat Arab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement