Rabu 27 Nov 2013 19:32 WIB

'Dokter Harus Lebih Kuasai Komunikasi dan Empati'

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Hazliansyah
Sejumlah dokter membawa poster saat melakukan aksi solidaritas di depan Rumah Sakit Umum provinsi NTB di Mataram, Rabu (27/11).  (Antara/Ahmad Subaidi)
Sejumlah dokter membawa poster saat melakukan aksi solidaritas di depan Rumah Sakit Umum provinsi NTB di Mataram, Rabu (27/11). (Antara/Ahmad Subaidi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PPP, Okky Asokawati, mengatakan, peristiwa hukum yang menimpa tiga dokter di Sulawesi Utara seharusnya  menjadi bahan refleksi bagi para dokter. Komunikasi dan empati seharusnya dikuasai dan lebih ditingkatkan oleh para dokter.

"Dengan peningkatan empati dan komunikasi maka dokter dalam merespon pasien akan lebih komprehensif. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga harus lebih meningkatkan sosialisasi dan komunikasi dengan pihak Rumah Sakit agar melakukan sosialisasi informasi tentang informed consent (persetujuan tindakan medis)," kata Okky, Rabu, (27/11).

Dokter, terang Okky, harus mengedukasi kepada pasien agar lebih teliti membaca informed consent. Ini penting agar pasien mengetahui apa yang akan dilakukan kepadanya.

Menyambut pemberlakuan BPJS pada 1 Januari 2014 mendatang yang akan memberikan penggantian pembiayaan pelayanan kesehatan, BPJS harus melakukan audit medis baik dari sisi terapi, pengobatan, pemberian obat hingga pelayanan medis.

"Harapannya, audit medis dalam dilakukan dengan baik sebagai bagian dari tindakan preventif," ujar Okky.

Demonstrasi yang dilakukan para dokter, lanjut Okky, di sisi lain menimbulkan sikap resistensi dari masyarakat. Demontrasi ini semestinya dihindari apalagi publik membandingkan pelayanan kesehatan saat ini yang dinilai masih belum maksimal. Seperti biaya berobat yang tidak murah, pelayanan yang dipersulit dan harga obat yang tidak murah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement