REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indocement Tbk (ITNP) mengharapkan proyek infrastruktur dari pemerintah dapat mendorong pertumbuhan permintaan semen di Indonesia. Fluktuasi rupiah dan tingginya suku bunga membuat perseroan belum dapat memprediksi pertumbuhan tahun depan.
"Depresiasi rupiah menjadi tantangan tidak hanya bagi kami, tapi juga seluruh industri. Adanya proyek infrastruktur dari pemerintah diharapkan dapat meningkatkan permintaan semen," ujar Direktur Keuangan INTP Tju Lie Sukanto di Jakarta, kemarin.
Pertumbuhan permintaan semen juga diharapkan dari perusahaan pengembang yang sudah memiliki proyek berjalan atau yang sudah pre sale. Perusahaan ini tidak mungkin menghentikan proyeknya sehingga akan memerlukan pasokan semen.
Sukanto mengaku, pelemahan rupiah tidak berdampak langsung pada kinerja perusahaan. Pasalnya 50 persen biaya perseroan dalam bentuk dolar AS. Perseroan juga tidak memiliki utang dalam bentuk valuta asing (valas) sehingga tingginya nilai tukar dolar AS tidak membuat perusahaan ketar-ketir. "Tapi pelemahan lebih berpengaruh pada cost of production," kata Sukanto.
Tahun depan perseroan menganggarkan belanja modal Rp 4-5 triliun. Dana tersebut salah satunya digunakan untuk pembangunan pabrik semen terintegrasi di Citereup dengan kapasitas 4,4 juta ton.
Sukanto mengakui saat ini perseroan masih belum dapat memprediksi berapa persen pertumbuhan tahun depan. Dengan kondisi seperti saat ini, tidak mudah bagi Indocement untuk menentukan pertumbuhan perusahaan.
Perseroan juga belum dapat menentukan apakah akan menaikkan harga jual tahun depan. Pasalnya kenaikan harga harus berdasarkan kebutuhan semen di pasar, sesuai dengan prinsip ekonomi.