REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merger Perusahaan Gas Negara (PGN) dan anak perusahaan Pertamina, Pertagas dinilai dapat menjadi solusi ekonomi biaya tinggi. Pasalnya, harga gas dengan gabungnya dua perusahaan pelat merah itu dapat ditekan.
Ekonom Rhenald Khasali berpendapat, poin penting dalam membuat iklim investasi lebih ramah adalah meminimalisir ekonomi biaya tinggi. Alhasil, perekonomian pun semakin membaik.
Menurut Rhenald, tidak masalah PGN diakuisisi oleh Pertamina atau dimerger dengan Pertagas. Tujuannya, membuat harga gas semakin kompetitif.
Dengan semakin kompetitifnya harga gas maka perusahaan yang menggunakan gas bisa menekan harga produknya. Semisal, PT PLN. ''Harga listrik bisa semakin murah,'' jelas Rhenald kepada ROL, Jumat (29/11).
Dia menerangkan, apabila PGN merger dengan Pertagas akan lebih mudah dijadikan perusahaan terbuka. Alasannya, dengan menjadi perusahaan terbuka, good corporate governance (GCG) dan transparansi bisa dilaksanakan dengan baik.
Selain itu, ujar Rhenald akses terbuka pipa gas (open access) semakin mudah untuk dilaksanakan. Dia mengibaratkan masalah open access seperti awal mulanya ATM Bersama. Ketika itu, terjadi ketidaksepakatan oleh Bank BCA. Namun, ketika dilaksanakan, bisnisnya semakin membesar dan pelanggannya semakin banyak.