Sabtu 30 Nov 2013 14:35 WIB

Wisman Australia Abaikan Travel Advisory Negaranya

Sejumlah wisatawan mancanegara (Wisman) melintas di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Senin (1/4).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah wisatawan mancanegara (Wisman) melintas di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Senin (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Sejumlah wisatawan Australia di Bali merasa tidak terpengaruh dengan dikeluarkannya imbauan bepergian atau "travel advisory" menyusul ketegangan hubungan kedua negara terkait isu penyadapan yang diduga dilakukan pemerintah Australia.

"Sama sekali tidak terpengaruh dengan 'travel advisory'. Justru itu (penyadapan) memalukan bagi Australia," kata seorang wisatawan Australia, Melissa Matheson (40) ditemui di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.

Wanita yang berasal dari Perth itu menyatakan bahwa ketegangan hubungan kedua negara merupakan permasalahan antarpemerintah dan tidak mempengaruhi keinginannya untuk berwisata ke Pulau Dewata karena menganggap sebagai "rumah keduanya".

Dirinya menyikapi santai dikeluarkannya imbauan bepergian itu yang dikeluarkan pada 21 November 2013 lalu dan berharap pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri Tony Abbot meminta maaf kepada pemerintah Indonesia atas nama warga negara Australia dan hubungan kedua negara.

"Australia harus bertanggungjawab terkait hal itu (penyadapan) khususnya dari sisi politis," ucap wanita yang bekerja sebagai relawan pecinta lingkungan tersebut.

Hal senada juga diungkapkan Jim Ward (66), wisatawan dari negara bagian West Australia itu menyatakan bahwa ia menyikapi "travel advisory" tersebut dengan santai dan tak terpengaruh karena menganggap Pulau Dewata sebagai "rumah kedua" mengingat sudah 16 kali berkunjung ke Bali."Saya tidak takut. Saya santai saja di sini (Bali)," katanya.

Ia menyatakan bahwa seharusnya atas nama warga dan pemerintah Australia, Perdana Menteri Abbot meminta maaf kepada pemerintah Indonesia karena telah melakukan penyadapan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono, dan sejumlah pejabat negara lainnya. "Tony Abbot harus meminta maaf. Saya orang Liberal tetapi saya bukan orang Abbot," ucapnya tersenyum.

Wisatawan lainnya yakni Josh Goodi (31) dari New South Wales itu mengkhawatirkan apabila tidak ada pernyataan maaf dari pemerintah Australia maka akan membuat hubungan kedua negara semakin meruncing dan mengganggu pariwisata kedua negara terutama Bali."Turis Australia mungkin saja tidak berkunjung ke Bali jika hubungan dua negara tidak menunjukkan tanda membaik," ucapnya.

Perdana Menteri Australia Tony Abbot sebelumnya menolak meminta maaf namun malah menyatakan menyesalkan atas pemberitaan terkait penyadapan yang mempermalukan Presiden Yudhoyono.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement