REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pelatih Timnas U-19 Indra Sjafri memotivasi dan memberikan pembekalan kepada ratusan mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Ia menjadi pembicara pada Kuliah Tjokroaminoto untuk Kebangsaan dan Demokrasi di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Sabtu (30/11).
"Para mahasiswa adalah potensi akademisi dan generasi penerus bangsa ini. Mereka calon-calon pemimpin yang harus berhasil dan cerita bagaimana perjalanan panjang Timnas U-19 bisa menjadi motivasi," ujarnya.
Kepada mahasiswa, ia memberikan keyakinan kalau tidak ada mimpi yang tidak bisa diraih. Ia menggambarkan, semula banyak yang pesimistis dengan materi pemain Timnas U-19 yang kebanyakan dari berbagai daerah di Tanah Air.
"Kini semua pihak berargumen lain dan tersenyum melihat potensi anak-anak asli kelahiran Indonesia. Salah satu buktinya dengan menjuarai Piala AFF 2013 serta lolos ke putaran final Piala AFC tahun depan," katanya.
Ia pun berharap, keberhasilan Timnas U-19 sebagai raja di Asia Tenggara bisa menginspirasi semua pihak, termasuk bangsa ini. Dengan memiliki cara, perencanaan, program jelas dan pengelolaan yang profesional, Indra yakin bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar dan disegani.
"Yang terpenting, bagaimana perencanaan dan program serta pengelolaannya. Di Timnas U-19, diharamkan pemain titipan dari pengurus, siapa pun orangnya. Begitu juga di bangsa ini, hindari pengelolaan negara yang tidak bersih, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme," kata dia.
Ia mengakui, pernah diberi kepercayaan dan tanggung jawab memegang Timnas U-16. Namun saat itu, banyaknya kepentingan dari oknum pengurus yang menitipkan pemainnya membuat "Garuda Muda" gagal total.
"Saat itu, kami tidak mempunyai sedikit pun ruang mencari bumbu-bumbu untuk diracik dalam masakan di Timnas U-16. Para oknum bersikeras, hanya pemain bawaan atau titipan yang ada di Indonesia dan tidak ada pemain berkualitas di pelosok-pelosok daerah," katanya.
Karena tidak punya banyak waktu dan persiapan singkat, Timnas U-16 terbentuk dengan segala keterpaksaan. Hasilnya pun gagal total.
"Dari situ kami sadar bahwa mutiara-mutiara sepak bola Indonesia tetap ada di daerah. Sehingga, saya dan tim pelatih menyusun langkah mencari pemain berbakat di pelosok Tanah Air," ungkapnya.