REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Garuda Super Hero digadang sebagai film action super hero Indonesia berkualitas. Dibuat dengan menggunakan teknik Computer-Generated Imagery (CGI), film ini juga bakal memunculkan karakter super hero baru di Indonesia.
Memperjuangkan film "Garuda Super Hero" bukan perkara mudah bagi sutradara asal Yogyakarta, X-Jo (begitu ia akrab disapa).
Butuh waktu 10 tahun bagi X-Jo hingga akhirnya bertemu dengan orang-orang yang sependapat dengannya. Sependapat bahwa sudah saatnya Indonesia memiliki super hero (tidak terpaku pada Batman, Superman atau Spider Man), sependapat bahwa pekerja film Indonesia mampu mengerjakannya dalam film sekelas Hollywood.
"Selama 10 tahun, ini (Garuda Super Hero) ada di kepala saya. Bahkan saya sampai disebut sebagai sutradara tanpa film," ujar X-Jo kepada wartawan di kantor Putaar Production di kawasan Pejaten, beberapa waktu lalu.
Ide X-Jo memunculkan karakter super hero bermula dari kegelisahannya terhadap perkembangan perfilman nasional yang mengusung tema-tema itu saja. Masyarakat dijejali dengan film bergenre horor, komedi dan drama. Meski ada beberapa sineas yang mengusung tema berbeda.
Berangkat dari kegelisahan itu, di tahun 2004, X-Jo bersama temannya menggagas konsep film laga modern. Pilihannya kemudian jatuh pada tema super hero.
"Mulai tahun 2004, saya pikir ini harus dipecahkan. Kemudian saya riset mulai dari karakter, kostum dan rekrut temen-temen yang bisa CGI," jelas X-Jo.
Setelah mendapat konsep dasar dan membuat teaser, mulailah X-Jo mencari rekan kerja yang sejalan dengan ide-idenya. Namun lagi-lagi Ia terhalang "tembok besar" yang kuat. Produser juga sutradara Indonesia ragu akan idenya. Bahkan ada seorang sutradara handal Indonesia yang mengatakan filmnya tidak akan bisa dibuat hingga 20 tahun ke depan.
"Film super hero di Indonesia membuatnya mungkin memang susah. Itu yang jadi kendala beberapa director (sutradara) dan produser di Indonesia. Ada yang coba buat, tapi di tengah jalan kemudian mangkrak karena permasalahan biaya, sdm dan teknologi," ujar X-Jo.
Perjalanan panjang itu akhirnya menemui titik terang kala Ia bertemu Dhoni Ramadhan (Putaar Production) serta Bravi NS (Moestopo Production). Baginya, dua produser ini memiliki visi jauh ke depan yang sejalan dengan pemikirannya.
"Saya kesal dengan produser Indonesia yang justru meremehkan, komentar bahwa orang Indonesia itu tidak akan mampu. Itu bahaya," ujar X-Jo dengan tegas.
Konsep 10 tahun yang ada di kepalanya sudah matang dan akan segera dieksekusi mulai pertengahan Januari 2014 mendatang. Ia juga tidak akan patah arang jika hasilnya tidak sesuai perkiraan.
"Tidak apa-apa, saya terima kalau dibilang tidak bagus (tidak disukai penonton). Tapi setidaknya saya sudah mulai, saya berharap nanti ada sutradara lain yang lebih bagus dari saya. Biasanya Indonesia kalau ada yang pelopori pasti akan diikuti," ujar X-Jo.
Di tempat yang sama, Bravi produser dari Moestopo Production mengatakan, ide memunculkan pahlawan baru bagi anak-anak Indonesia sejalan dengan latar belakang pendiri kampus, Mayjen TNI (Purn) Prof Dr Moestopo, yang diangkat menjadi pahlawan nasional pada tahun 2010.
"Dengan itu maka tema kepahlawanan sejalan dengan prinsip dari pembuatan film ini. Konsep-konsep teknis yang sarat dengan teknologi tinggi, juga menjadi alasan lain bagi kami untuk mengiyakan film ini, dibanding dengan genre-genre lainnya," ujar bravi.
"Semoga tokoh Garuda ini dapat mengisi kekosongan ikon kepahlawanan dari dalam negeri," demikian Bravi.