REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem dengan menyampaikan cerita masa lalu saat ia masih menjadi kader Partai Golkar. Perjalanan hingga berujung dengan mendirikan Partai Nasdem menurutnya tidak lepas dari kekecewaannya terhadap partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Pertanyaannya mengapa dalam kurun waktu begitu panjang saya harus meninggalkan partai itu, kenapa saya harus membangun partai baru. Apa karena perasaan kekecewaan," kata Paloh di Hotel Mercure, Jakarta, Ahad (1/12).
Bos Media Group itu mengatakan, aktivitasnya di Partai Golkar yang dianalogikannya sebagai partai lama itu telah berlangsung selama 43 tahun. Sejak usia muda, ia telah mendharmakan idealismenya kepada partai tersebut. Hingga karir politiknya memasuki tahap pemilihan jabatan tertinggi di partai itu.
Namun, lanjut Paloh, di tengah perjalanan panjang tersebut sebagai manusia dia harus bersikap jujur. Bahwa memang ada kekecewaan yang dirasakannya. "Pasti sbeagai manusia biasa saya memiliki kekecewaan. Alangkah tidak jujurnya saya, saya memiliki kekecewaan," kata dia.
Paloh kecewa lantaran apa yang diinginkannya sejak lama tidak bisa terelasisasi di Partai Golkar. Paloh menginginkan bahasa pendekatan yang digunakan dalam berpolitik tidak hanya pendekatan rasional. Tetapi juga disertai pendekatan nurani, dan emosi diri. "Ini lah yang saya tidak peroleh pada partai yang saya tinggalkan," ujarnya.
Karenanya, pada perjalanan dua tahun Partai Nasdem, ia menginginkan partai yang mengusung restorasi itu menggunakan dua pendekatan. Yakni pendekatan rasionalitas yang tidak meninggalkan emosi diri, bahasa, kodrati, dan semangat kehidupan Indonesia.
Paloh memiliki jejak panjang di Partai Golkar. Ia bahkan pernah menempati posisi strategis sebagai Ketua Dewan Penasehat Golkar. Paloh pernah terpilih menjadi Ketua Koordinator Pemuda Pelajar dan Mahasiswa (Ko-PPM) Golkar. Tak lama kemudian, ia juga terpilih menjadi Ketua Umum Ko-PPM Golkar Medan. Saat itulah Paloh mulai berkecimpung dalam politik praktis.
Pada Pemilu 1971, pemilu pertama di era Orde Baru, Paloh terpilih menjadi anggota legislatif termuda untuk DPRD II Kota Medan. Ia kemudian terpilih menjadi anggota MPR pada tahun 1977-1982. Saat itu, ia masih berusia 25 tahun.
Di era reformasi, Paloh muncul dengan menggagas Konvensi Presiden Partai Golkar.Dalam konvensi yang itu, ia ikut bertarung sebagai salah satu kandidat calon presiden dari Golkar. Paloh kemudian mendirikan ormas Nasional Demokrat pasca Aburizal Bakrie terpilih menjadi Ketua Umum Golkar. Pada bulan September 2011 Paloh secara resmi mundur dari Partai Golkar.