REPUBLIKA.CO.ID, Topan Haiyan yang melanda Filipina pada 8 November 2013 lalu menyisakan duka bagi warga di negara itu. Betapa tidak. Bencana hebat itu telah berdampak bagi kehidupan 11.160.000 penduduk Filipina.
Sebanyak 3,54 juta orang mengungsi, 1,1 juta unit rumah rusak , 5.000 lebih orang meninggal dan 1.613 orang hilang. Pimpinan Pusat Muhammadiyah pun tergerak untuk memberikan bantuan sebagai wujud komitmen kemanusiaan Muhammadiyah.
Bantuan tahap pertama sebanyak Rp 200 juta rupiah diwujudkan dalam bentuk pengiriman tim kesehatan dan obat-obatan yang dilepas oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Din Syamsudin pada tanggal 18 November 2013.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menugaskan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) mengkoordinasikan pengiriman tim dengan dukungan Rumah Sakit Muhammadiyah . Sementara LAZISMU ditugaskan untuk menghimpun dana masyarakat Indonesia untuk keberlangsungan dan keberlanjutan program.
Dengan bantuan KBRI Manila, Minister Counselor Sosial Budaya KBRI Manila, bapak Toto Waspodo, tim yang terdiri dari 2 dokter emergensi, 1 dokter spesialis anestesi, 3 orang perawat dan 2 orang SAR/komunikasi daruratbisa beroperasi dalam koordinasi Departemen of Health (DOH) pemerintah Filipina untuk melayani warga korban bencana di Tuburan City, Provinsi Cebu (Region 7 : Central Visayas) dan Ormoc City, Provinsi Leyte (Region VIII : Eastern Visayas).
Tidak kurang 1129 orang pasien dilayani tim selama 7 hari efektif pelayanan di dua daerah tersebut, ditambah dengan layanan bedah tidak kurang dari 12 kasus. Total misi sendiri selama 14 hari antara tanggal 18 November – 1 Desember 2013, selain hari efektif pelayanan waktu digunakan untuk perjalanan antar kota dan antar pulau serta koordinasi dengan otoritas layanan kesehatan darurat di Filipina dan KBRI Manila.
Butuh RS Lapangan
Menurut Koordinator Tim, dr Corona Rintawan, Muhammadiyah, pemerintah atau lembaga kemanusiaan lain di Indonesia perlu segera memprogramkan pengiriman tim kesehatan yang juga membuka layanan untuk Rumah Sakit Lapangan, seperti di Ormoc. Hal ini dikarenakanlayanan kesehatan di Tacloban, ibu kota Prov. Leyte lumpuh, sehingga semua dilayan di Ormoc. Banyak penduduk Tacloban yang mengungsi dan membutuhkan pelayanan kesehatan di Ormoc yang sebenarnya juga terdampak cukup parah.
“Di Ormoc hanya ada 5 Rumah Sakit,yang bila di Indonesia setingkat dengan RS tipe D.RS dengan kapasitas 70 bed terpaksa diisi 121 bed, sementara banyak tim luar yang membangun Rumah Sakit tenda di sekitar RS, tapi tenaga medisnya tidak cukup. Misal ada tim yang anggotanya 20 orang, tenaga medisnya hanya 5 -6 orang” terang dokter yang juga pengurus bidang Tanggap Darurat Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) tersebut. Dalam data Operation Center Departemen of Health Ormoc City, Ormoc District Hospital (semacam RSUD di Indonesia) dan OSPA Hospital (RS Swasta) karena rusak, tidak bisa beroperasi penuh.
Lebih lanjut dr Corona menerangkan, pemulihan sistem kesehatandi lokasi yang terdampak cukup parah seperti di Ormoc City akan berlangsung lama karena tidakada kebijakan layanan gratis yang diberlakukan untuk korban bencana sehingga warga tidak akan dapat mengakses layanan di rumah sakit. “Ketergantungan terhadap layanan gratis dari bantuan Internasional sangatlah besar mengingat kondisi tersebut, hanya sedikit tim medis Internasional yang mempunyai masa tugas “indefinite” atau sangat lama”, terangnya.
Keterangan diatas dikuatkan dr Zuhdiyah Nihayati yang pada 25 November 2013 melayani warga di Rural Health Unit (RHU) – semacam Puskesmas di Indonesia – daerah Albuerra, selatan Ormoc City. Menurut dokter dari RS Muhammadiyah Lamongan tersebut, ditemukan 10 orang wargayang memerlukan rujukan ke rumah sakit, namun 7 orang diantaranya menolak dirujuk karena alasan biaya.
Total populasi di Ormoc tidak kurang dari 240 ribu orang yang tersebar di 7 Distric (kecamatan) yang terbagi dalam 110 pemukiman/barangay (desa) .Pelayanan kesehatan primer dilakukan juga di Barangay Health Service yang kondisi fisiknya rusak semua, tapi sebagian personil dan fungsi masih berjalan.
Dalam catatan tim Muhammadiyah, yang berkomitmen untuk bertugas “indefinite” atau sangat lama” hanya tim dari MDM France Doctors for the world dan Israel Aid di Ipil Health Distric dan Barangay Ipil, Mecy Malaysia di City Health Departement, Barangay Valencia dan Valencia Health Distric , dan Canadian Medical Assistance Team (CMAT)di Ospa Hospital dan Barangay Nueva Sociedad.
Belum lagi ada Barangay yang terisolir karena akses jalan tertimbun longsor seperti Barangay Mahayag. Pada 27 Nov 2013 tim Muhammadiyah melayani warga Burungay Mahayag dengan terlebih dahulu melintasi lumpur yang menimbun jalan, bahkan harus mendorong mobil. “Pelayanan hanya dua jam karena takut kalau hujan jalan tidak bisa dilalui, pasiennya sampai 120 orang, tim kami adalah tim kesehatan pertama yang masuk ke desa di perbukitan sebelah Barat Ormoc City” terang dr Corona Rintawan.
Adapaun anggota tim : Dr. Corona Rintawan, (dokter) RS MuhammadiyahLamongan, Dr. Indragiri, SPAn (dokterspesialisanestesi) RSIslam Jakarta Pondok Kopi, Dr. Zuhdiyah Nihayati, (dokter) RS Muhammadiyah Lamongan, FirdausWajdi Ghofar Ismail, (Komunikasi Darurat/SAR) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten, Drs. Ngadiman (StafLogistik/ SAR) RS PKU Muhammadiyah Karanganyar, Karsim Tahal Tondo, NERS (Perawat) RS Muhammadiyah Lamongan, Gunawan Nur Rakhmad, (Perawat) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Eko Budi Santoso, (Perawat) RS PKU Muhammadiyah Gombong.
Tanggal 1 Desember dini hari, tim tiba kembali di tanah air. Karena itu Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai penanggungjawab misi ingin mengajak awak media di tanah air untuk berbagi laporan perjalanan dan juga rekomendasi bentuk sumbangan Indonesia khususnya, maupun masyarakat Internasional pada umumnya, untuk meringankan beban warga Filipina yang terdampak bencana Topan Hainan.
No Rekening Donasi:
Donasi Topan Haiyan: BCA 8780 171 171
Donasi Sinabung: Mandiri 123 00 99 00 8999