REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid, merajai perolehan suara Pemilihan Raya (Pemira) di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Para kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di ketiga wilayah tersebut menaruh kepercayaan kepada Hidayat untuk menjadi calon presiden yang bakal diusung PKS dalam Pilpres 2014, Selasa (3/12).
Juru bicara PKS, Mardani Ali Sera mengatakan, berdasarkan data final dari Panitia Pemira Wilayah Dakwah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta perolehan suara untuk Hidayat mengungguli calon-calon lainnya. Di Jatim, Hidayat meraih 5.448 suara, disusul Anis Matta (4.750), Ahmad Heryawan (4.547), Tifatul Sembiring (3.068) ,dan Nur Mahmudi Ismail (2.748).
Di Jateng, kata Mardani, Hidayat meraih 4.969 suara disusul Anis Matta (4.403), Ahmad Heryawan (4.248), Tifatul Sembiring (2.978) dan Nur Mahmudi Ismail (2.089). Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Hidayat menempati posisi teratas dengan 2.320 suara, disusul Anis Matta (2.055), Ahmad Heryawan (1.971), Tifatul Sembiring (1.258) dan Nur Mahmudi Ismail (967).
Menurut Mardani, total perolehan suara Hidayat di ketiga wilayah tersebut adalah 12.737 suara (26,6%), disusul Anis Matta 11.208 suara (23,4 persen), Ahmad Heryawan 10.766 (22,5 persen), Tifatul Sembiring 7.304 (15,3 persen), dan Nur Mahmudi Ismail 5.804 (12,1 persen)
PKS, ujar Mardani, akan mengumumkan calon presiden 2014 yang diusung PKS berdasar hasil Pemira tersebut pada Sabtu (7/12) mendatang. Pemira sendiri digelar serentak di seluruh Indonesia pada Sabtu (30/11).
Saat ini, lanjut Mardani, DPP PKS masih menunggu hasil rekapan penghitungan suara pemira dari DPD dan DPW se-Indonesia. Setelah menerima rekapan pemira dari DPD dan DPW, maka DPP akan menentukan lima besar capres PKS. "Majelis Syuro lalu akan menentukan apakah pilih satu, dua atau bisa jadi kelima-limanya. Tunggu saja hasilnya," ujar Mardani.
Sementara itu, Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, meskipun PKS mengadakan Pemira masih agak berat bagi PKS untuk mendongkrak elektabilitasnya. Dalam Pemira seharusnya PKS melakukan terobosan radikal. "Tapi secara politik, mungkin ada sebagian masyarakat menstempel, stigma elite lama itu. Jadi harus ada perubahan, kalau hanya mengandalkan suara kader saja berat," kata Burhanuddin.