REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Para pengunjuk rasa menyingkirkan penghalang-penghalang di Bangkok lama pada Selasa untuk menduduki beberapa bagian kantor Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan menyalami dengan hangat polisi yang beberapa jam sebelumnya menghujani mereka dengan gas air mata dan peluru karet.
Kerumunan massa yang mengibarkan bendera dan bersorak bergerak melintasi pintu-pintu gerbang gedung itu, yang menjadi sasaran protes bertujuan menggulingkan pemerintahan Yingluck dan menghapus pengaruh kakak lelakinya mantan PM Thaksin Shinawatra yang mengasingkan diri.
"Saya merasa lega," kata Supradith Kamlai, 70, mantan perawat yang berada di tengah-tengah ribuan pengunjuk rasa lain setelah kepolisian memerintahkan penarikan pasukannya pada Selasa pagi. "Kami gembira atas keputusan ini."
Tapi menyusul perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan, pertanyaan-pertanyaan masih muncul bagaimana keputusan kepolisian itu akan mengakhiri kebuntuan politik.
Sementara masa depan Thailand dalam situasi tak menentu, negara itu menghadapi pertanyaan fundamental: apakah kerumunan pemrotes itu yang jumlahnya bertambah menjadi sekitar 9.000 pada Selasa dapat mengubah hasil pemilihan demokratis di satu negara berpenduduk 66 juta.
Perubahan dari bentrokan-bentrokan di jalan menjadi suasana ceria menyiratkan bagaimana politik disfungsional negara itu bisa kembali ke kekerasan.
Dengan pemerintahan Yingluck masih berkuasa, dan ribuan pemerotes masih menduduki gedung Kementerian Keuangan dan gedung-gedung lain, penarikan aparat keamanan terasa seperti penurunan ketegangan sementara sebelum perayaan ulang tahun ke-86 Raja Bhumibol Adulyudej pada Kamis. Raja itu sangat dihormati oleh para pengunjuk rasa.
Yingluck tak menunjukkan tanda-tanda memperhatikan tuntutan atau mundur atau menyerukan pemilihan.
"Pemerintah masih melakukan tugasnya," kata wakil PM Pongthep Thepkanchana kepada Reuters.
Suthep Thaugsuban, pemimpin unjuk rasa, bertekad akan melanjutkan perjuangan. "Ini hanya kemenangan sebagian, belum final," kata dia di satu kompleks gedung pemerintah di Bangkok Utara tempat para pengunjuk rasanya berkemah.
Di Wisma Pemerintah, para pengunjuk rasa berkumpul tapi tidak menduduki gedung itu tempat tentara disiagakan.
"Kami telah menang di sini. Kami tak perlu mengambil alih wisma ini," kata Don, 58, yang tak mau nama lengkapnya disebutkan. "Perjuangan belum berakhir tapi kita sudah menang."