REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Menteri Penerangan Suriah Omran Az-Zoubi mengatakan sebagian negara Eropa mengadakan kontak dengan Damaskus untuk membahas bertambahnya jumlah orang fanatik Barat yang bertempur bersama gerilyawan di Suriah.
Tanpa menyebut nama negara tersebut dan metode kontaknya, Az-Zoubi memberitahu stasiun TV pan-Arab Al-Mayadeen bahwa negara itu khawatir terorisme di Suriah akan berdampak pada wilayah mereka sendiri.
Sebab banyak petempur di negara Arab itu adalah orang asing, termasuk orang Eropa, yang mungkin pulang ke negara asal mereka bahkan lebih fanatik lagi.
Pernyataan Az-Zoubi dikeluarkan setelah Bashar Ja'afari, Duta Besar Suriah untuk PBB, mengungkapkan tentara Suriah telah menangkap sebanyak 300 petempur asal Arab Saudi. Pada Selasa (3/12), harian lokal Al-Watan menyatakan prajurit militer Suriah menewaskan puluhan petempur Afghanistan di Suriah Utara.
Sementara itu, negara Barat khawatir pulangnya warga negara mereka, yang mungkin telah bertempur bersama kelompok yang memiliki hubungan dengan Alqaidah.
Beberapa pejabat keamanan AS belum lama ini memperingatkan bahwa sebagian petempur Amerika di Suriah mungkin bisa menyebarkan serangan teror di tanah AS setelah mereka pulang.
"Kami mengetahui warganegara Amerika serta Kanada dan Eropa telah mengangkat senjata di Suriah, Yaman dan di Somalia. Ancaman bahwa orang ini dapat pulang dan melancarkan serangan itu nyata dan mengganggu," kata Senator AS Thomas Carper belum lama ini.
Sebagian laporan media Barat menyebutkan jumlah mujahidhin Barat, yang membawa paspor Amerika Serikat (AS) dan Eropa di Suriah, lebih dari 1.000 orang.