REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sebanyak 51 "hotspot" atau titik panas terpantau di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim, Wahyu Widhi Heranata di Samarinda, Kamis, mengatakan, titik panas tersebut terpantau selama periode 1 hingga 31 November 2013.
"Melalui data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Provinsi Kaltim, selama periode 1 hingga 31 November 2013 terpantau 51 titik panas di sembilan kabupatan/kota baik di Kaltim maupun Kaltara," ujarnya.
Ia mengatakan, titik panas yang terpantau terbanyak di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan 12 "hotspot" diantaranya berada di Kecamatan Samboja, Sungai Seluang, Kecamatan Marangkayu, Kecamatan Badak dan kawasan Bukit Soeharto.
Di Kabupaten Kutai Barat, juga terpantau 12 titk panas diantaranya di wilayah Long Apari, Long Iram, Long Hubung, Muara Lawa dan Muara Pahu.
Sebanyak 12 "hostspot" juga terpantau di Kabupaten Paser yang berada di kawasan Kecamatan Batu Sopang, Pasir Balengkong, Tanjung Aru, Bekoso, Tunes Keladen serta Labuang Kallo.
Di Kabupaten Kutai Timur terpantau lima titik panas diantaranya, Muara Wahau, Muara Bengkal, Muara Ancalong, Kelinjau Ilir dan Senambah.
Sementara di Kabupaten Berau terpantau tiga "hotspot" yakni di Gunung Tabur dan bekas UPT Labanan Makmur serta di Kota Bontang terpantau satu titik panas.
Di wilayah Provinsi Kaltara, yakni di Kabupaten Nunukan terpantau tiga titik panas yakni di kawasan Buduk Kinangan, Lumbis dan Karyan, di Kabupaten Malinau terpantau satu titik panas yakni di kawasan Langap serta di Kabupaten Bulungan dengan dua titik panas yakni di kawasan Tanjung Palas dan Tanah Kuning.
"Ke-51 titik panas yang terpantau itu belum tentu semuanya akibat pembakaran lahan atau kebakaran hutan sebab bisa saja titik panas tersebut disebabkan atap rumah masyarakat yang terkena sinar matahari kemudian terdeteksi oleh satelit NOAAH sebagai titik panas," katanya.
"Namun kami akan terus melakukan pemantauan baik secara langsung maupun titik panas yang terdeksi melalui satelit NOAAH untuk memastikan apakah 'hptspot' itu merupakan lahan yang terbakar," ungkap Wahyu Widhi Heranata.