Jumat 06 Dec 2013 13:28 WIB

Mandela Wafat, WTO Berduka

Rep: Ahmad Baraas/ Red: A.Syalaby Ichsan
File photo of Nelson Mandela smiling at a news conference near the small Southern Cape province town of George.
Foto: Reuters/Mike Hutchings
File photo of Nelson Mandela smiling at a news conference near the small Southern Cape province town of George.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA  - Berita meninggalnya Nelson Mandela (95) menimbulkan duka mendalam di tengah kegiatan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 WTO yang berlangsung di Nusa Dua, Bali.

Direktur Jenderal World Trade Organization Roberto Azevedo dalam rilisnya menyampaikan rasa duka yang mendalam atas meninggalnya mantan Presiden Afrika Selatan yang sangat dihormati itu.

"Atas nama WTO dan seluruh anggota, saya menyampaikan rasa duka cita yang sangat mendalam untuk keluarga, rakyat Afrika dan seluruh manuasia yang ada di dunia yang tersentuh dengan contoh yang diberikan Mandela," kata Azevedo, Jumat (6/12).

Azevedo menilai, Mandela merupakan satu-satunya sosok yang bisa memberikan harapan dan inspirasi kepada seluruh umat manusia. Mandela, ujarnya, merupakan ikon anti-apartheid di negara itu.

Dia dikenal sebagai tokoh yang mampu bangkit dari masa tahanan 27 tahun di penjara dan memimpin Afrika Selatan dalam perang berdarah menuju demokrasi.

Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, sebelumnya mengatakan,  Mandela meninggal dunia di kediamannya di Johannesburg pada Kamis waktu setempat, setelah mengalami infeksi paru-paru.

"Kita telah kehilangan orang yang kita cintai. Kita telah kehilangan seorang ayah, walaupun kita tahu hari ini pasti akan terjadi, tetap saja tidak mengurangi rasa kehilangan kita yang mendalam," kata Zuma. 

Mandela merupakan salah satu tokoh yang pertama kali menggelorakan semangat perlawanan bersenjata terhadap apartheid pada 1960, tetapi kemudian menjalankan upaya rekonsiliasi ketika kelompok minoritas kulit putih mulai kehilangan pengaruhnya 30 tahun kemudian.

Mandela terpilih sebagai presiden secara mutlak selama dua periode yaitu pada pemilu tahun 1994 dan 1999.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement