REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Ali Masykur Musa, menegaskan jika Indonesia kehilangan empat pilar peninggalan mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Perjuangan beliau harus diteruskan. Ada empat pilar, yaitu demokrasi, mendekatkan kebudayaan, toleransi, dan pluralisme," katanya ditemui saat ziarah di makam mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (6/12).
Ia menjelaskan, Gus Dur sangat tegas dalam memperjuangkan demokrasi di negeri ini. Tidak ada satupun, yang tidak boleh mendapatkan akses untuk kehidupan lebih baik. Selain itu, Gus Dur juga menggunakan pendekatan secara kebudayaan sebagai upaya "amar ma'ruf nahi munkar". Pendekatan itu dilakukan, karena Gus Dur sendiri memang tidak menyukai kekerasan dan menyukai kebudayaan.
Ketiga, lanjut dia, Gus Dur dengan komitmennya terus memperjuangkan toleransi dan pluralsime, mengingat semua warga mempunyai hak yang sama. "Empat ini yang sekarang hilang di negeri ini. Untuk itu, kami ziarah, ingin mengambil sari pati dan berusaha untuk meneruskan perjuangan beliau di negeri ini," ucapnya.
Sementara itu, para peziarah masih memadati lokasi makam di pondok pesantren tersebut. Mereka berdatangan dari berbagai macam daerah di Indonesia. Tingkat kunjungan juga lebih tinggi, terutama mendekati haul Gus Dur.