Ahad 08 Dec 2013 14:27 WIB

Industri Pariwisata Halal Negara Non Muslim Lebih Maju

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu resto bersertifikat halal
Foto: Republika/Yasin Habibi
Salah satu resto bersertifikat halal

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Para ahli mengamati industri perjalanan dan pariwisata halal di negara-negara non Muslim jauh lebih baik daripada di negara-negara Muslim. Untuk itu, Organisasi Kerjasama Islam diminta berkonsentrasi pada potensi dan pengembangan industri tersebut.

Dewan Crescent Tours di Inggris, Elnur Seyidli berpendapat pertumbuhan pariwisata halal seperti yang terlihat di Selandia Baru dan Australia menunjukkan bahwa negara-negara non Muslim lebih disukai oleh turis negara-negara Muslim. Menurutnya dunia non Muslim mampu menggarap potensi tersebut lebih maksimal. Contohnya Jepang yang memiliki ruang shalat di bandara dan sebagian besar hotel di sana menyediakan makanan halal.

Thomson Reuters baru-baru ini melaporkan, Eropa menjadi tujuan wisata terpopuler secara global pada 2012. Di bagian daftar teratas adalah Negara Perancis dengan 83 juta kedatangan. Amerika Serikat menduduki posisi kedua dengan 67 juta kedatangan diikuti Cina dan Spanyol dengan 58 juta kunjungan. Turki dan Malaysia menduduki peringkat ke-6 dan ke-10.

Dari negara-negara yang tergabung di OKI, Turki mencatat jumlah kedatangan tertinggi dengan 35,6 juta kedatangan, diikuti oleh Malaysia dengan 25 juta wisatawan. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) mencatat 13,6 juta dan 9 juta kunjungan.

Empat dari lima bandara yang paling cepat berkembang di dunia adalah di Istanbul, Kuala Lumpur, Dubai dan Jakarta. Ini adalah indikasi peringkat terbesar negara-negara Muslim yang menjadi destinasi wisata turis.

CEO Crescent di Singapura, Fazal Bahardeen mengatakan bahwa OKI sudah terlalu nyaman dengan ide bahwa mereka adalah negara-negara Muslim. Oleh karena itu mereka gagal memanfaatkan potensi investasi sektor pariwisata halal.

General Manager Al Jawahara Group Hotels, Hani Lashin mengkritik beberapa negara Muslim, khususnya Mesir. Dia mengatakan Mesir tidak memiliki standard jelas untuk mengidentifikasi indusri perjalanan halal. Dia menyebut staf harus lebih dilatih menangani permintaan konsumen Muslim.

Thomson Reuters menempatkan Iran di posisi puncak, di antara negara-negara Muslim dengan pengeluaran perjalanan terbanyak yakni 18,2 miliar dolar AS pada 2012. Arab Saudi menempati urutan kedua dengan 17,1 miliar dolar AS diikuti UEA, Kuwait, dan Indonesia dengan masing-masing pengeluaran perjalanan 10,1 miliar dolar AS; 7,4 miliar dolar AS dan 7,2 miliar AS.

Pada 2012, pengeluaran global wisatawan Muslim berada 137 miliar dolar AS termasuk haji dan umrah. Angka ini menyumbang 12,5 persen dari pengeluaran global yang diperkirakan berjumlah 1,09 triliun dolar AS. Pada 2018, pengeluaran Muslim diperkirakan tumbuh hingga 181 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement