Ahad 08 Dec 2013 18:17 WIB

Kota Bandung Akan Miliki 30 Kampung Kreatif

Rep: Alicia Saqina/ Red: Nidia Zuraya
Gedung Sate, landmark kota Bandung.
Foto: sandysaysinformation.blogspot.com
Gedung Sate, landmark kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kota Bandung akan memiliki 30 kampung kreatif dalam waktu lima tahun ke depan. Tiap-tiap kampung kreatif hasil aspirasi seni-budaya masyarakat tersebut, setidaknya harus dimiliki oleh satu wilayah, dari 30 kecamatan yang ada di Kota Bandung.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, kampung-kampung kreatif yang ada di setiap kecamatan di Bandung, memang merupakan mimpi Kota Bandung di masa depan. Menurutnya, di setiap wilayah harus menonjolkan sisi lebih dan positif kampung tersebut.

''Jadi Kampung Kreatif Akustik Cicadas ini, salah satunya, bagian dari mimpi di masa depan. Satu per satu kampung di Kota Bandung, harus menunjukkan kebaikannya,'' kata Ridwan, Ahad (8/12), ketika ditemui saat peresmian Kampung Kreatif Akustik Cicadas di RW 04, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Bandung.

Ia menjelaskan, tak hanya keberadaan kampung kreatif saja, di satu kecamatan juga harus tersedia taman bermain untuk anak-anak. Sebab, anak-anak harus memiliki ruang interaksi untuk bermain. ''Taman itu menjadi tempat kreatifitas. Di Bandung, sekarang sudah ada lima kampung kreatif. Lima ini adalah target dari 30 kampung kreatif di setiap kecamatan, dalam lima tahun,'' ujarnya.

Pria yang akrab disapa Emil ini menerangkan, nilai yang harus dikedepankan dalam sebuah kampung kreatif mencakup berbagai hal. Tak hanya terkait seni dan budaya, tetapi juga harus memasukkan nilai edukasi. ''Di kampung itu tapi juga ada keunikan lokalnya, ada nilai ekonominya, taman bermain, rumah hotel,'' katanya. Yang terpenting, wadah-wadah aspirasi dan kebutuhan dasar setiap warga di kampung tersebut, terpenuhi.

Emil menambahkan, advokasi yang ditempuh untuk mewujudkan sebuah kampung kreatif pun tak singkat. Menurutnya, setiap daerah yang ada di kecamatan di Kota Bandung, sudah banyak yang mengajukan proposal ke pemerintah kota untuk dibuatkan kampung kreatif. Hanya saja, hal ini terkendala oleh terbatasnya lahan.

Ia menjelaskan, seperti halnya yang terjadi di wilayah Kopo. Di Kopo, sebut Emil, setidaknya sudah ada dua pusat kreatifitas masyarakat. Akan tetapi, kedua lahan pusat kreatifitas tersebut bukan lah milih pemkot. Melainkan milik swasta. ''Oleh karena itu, inisiatifnya diharapkan datang dari dalam.''

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement