Ahad 08 Dec 2013 20:47 WIB

NU Jadikan Film "Sang Kiai" Sebagai Alat Syiar

Rep: Indah Wulandari/ Red: Citra Listya Rini
Film 'Sang Kiai'
Foto: wordpress.com
Film 'Sang Kiai'

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Keberhasilan film Sang Kyai meraih empat Piala Citra di Festival Film Indonesia 2013 menjadi titik tolak kaum Nahdliyin untuk mensyiarkan kembali peran KH Hasyim Asy'ary memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

“NU memiliki andil besar dalam kemerdekaan bangsa ini. Ini sangat penting dan harus tercatat dalam sejarah, saat Hadratusyaikh KH Hasyim Asy'ary diminta untuk mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad dan juga memantapkan Laskar Hisbullah sebagai laskar perjuangan kaum santri,” kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) saat tasyakuran raihan prestasi Sang Kyai di Sekretariat DPP PKB, Ahad (8/12).

Film yang ditahbiskan meraih Film Terbaik, Penata Suara Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Pemeran Pembantu Pria Terbaik ini pun ditetapkan menjadi tontonan wajib bagi warga Nahdlatul Ulama. Cak Imin melihat film yang menceritakan kisah perjuangan dan keteladanan KH Hasyim Asy'ary sangat pantas diapresiasi serta diputar ulang oleh masyarakat umum pula. Lantaran mensyiarkan pentingnya menjaga nasionalisme.

Cak Imin yang juga menjabat sebagai Menakertrans ini memaparkan, ada tiga mandat yang patut diteladani dalam film Sang Kyai. Menurutnya, Indonesia yang kaya ini adalah warisan NU. Kemudian, ulama NU harus bersikap fleksibel namun tegas dalam konteks berbangsa, bernegara, dan menegakkan ajaran agama.

"Ada keteladanan kyai dalam mewujudkan cinta tanah air dan mengondisikan kemerdekaan bangsa Indonesia meski dalam tekanan yang cukup kuat. Ketiga mandat ini, wajib diteladani oleh warga NU dan kader PKB sepenuhnya,” ujar Cak Imin.

Sebagai bangsa yang besar, Cak Imin yakin, bangsa Indonesia bisa meneladani perjuangan para ulama dan para pahlawan. Film ini menjadi gambaran riil bagaimana ulama NU berperan penting dalam perjuangan bangsa.

“Bila ada warga NU yang sama sekali belum pernah menonton film ini, tolong bilang ke saya dan nanti akan kita fasilitasi untuk nonton bareng. Kita akan putarkan film ini di mushola, masjid, lapangan, kampung dan tempat umum lainnya,” jelas Cak Imin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement