REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah Yaman Ahad mengatakan telah terjadi upaya pembunuhan terhadap seorang penasehat presiden negara itu, yang terbaru dari gelombang pemboman dan penembakan.
Seorang penembak jitu melepaskan tembakan dengan senjata dilengkapi peredam pada Sabtu pada mobil Yassin Kata Noman saat dia mengemudikan mobilnya melalui ibu kota Sanaa, kata kantor berita resmi Saba.
Noman juga wakil presiden Dialog Nasional Yaman. Peluru itu tidak menghantam Noman karena kendaraan tersebut berlapis baja, kata Saba.
Sementara itu dua perwira Yaman tewas Ahad dalam serangan-serangan terpisah, kata seorang pejabat keamanan dan situs kementerian pertahanan.
Dalam serangan pertama, sejumlah orang bersenjata tak dikenal yang naik sebuah mobil menembak mati kepala keamanan istana presiden di kota terbesar kedua Yaman, Taez, kata pejabat itu.
Perwira itu tewas di jalan dalam serangan tersebut, yang berlangsung ketika ia sedang pergi ke tempat kerjanya, kata pejabat itu tanpa penjelasan lebih lanjut.
Di provinsi Bayda, Yaman selatan, deputi kepala kepolisian Abdullah Mohammed tewas dalam "serangan oleh orang-orang bersenjata", kata situs kementerian pertahanan 26sep.net.
Anggota-anggota Al Qaida di Semenanjung Arab biasanya dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan terhadap personel militer dan pejabat yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini di Yaman.
Kelompok itu mengakui serangan siang hari yang berani terhadap kementerian pertahanan yang menewaskan 56 orang pada Kamis.
Dua dokter dari Jerman, dua dari Vietnam dan satu dari Yaman tewas, juga dua perawat wanita asal Filipina dan satu dari India, kata Kantor Berita Saba. Para pekerja medis yang tewas dalam serangan itu bekerja di sebuah rumah sakit di dalam kompleks kementerian tersebut.
Penyerbuan tengah hari itu merupakan serangan tunggal terburuk di Yaman selama 18 bulan ini.
Militan Alqaidah memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.