Senin 09 Dec 2013 20:16 WIB

Pakar: Di 2014, Ada 11 Warisan Masalah Ekonomi 2013

Industri Pengolahan
Foto: Reuters
Industri Pengolahan

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pakar ekonomi Universitas Brawijaya Malang, Prof Dr Ahmad Erani Yustika, menyatakan hingga menjelang berakhirnya tahun 2013, ada 11 warisan masalah yang harus dituntaskan sebagai modal untuk merekonstruksi ekonomi 2014.

"Sebenarnya banyak sekali masalah yang membuat kita pesimistis untuk merekonstruksi perekonomian bangsa Indonesia tahun depan, namun yang paling krusial ada 11 yang wajib menjadi fokus kita semua," katanya di sela-sela refleksi akhir tahun bidang ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (9/12).

Ia mengakui dalam banyak hal, tahun ini Indonesia banyak mendapatkan pujian dan penghargaan dari banyak negara karena meraih keberhasilan di berbagai bidang, termasuk pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Namun, lanjutnya, kenapa di dalam negeri justru banyak mendapatkan cacian dari masyarakat, ternyata penyebabnya adalah hasil capaian ekonomi yang dinilai bagus secara internasional itu masih banyak ketimpangan akibat sistem ekonomi yang belum berkeadilan.

Menurut Erani, ke-11 warisan masalah yang harus dituntaskan itu antara lain kesejahteraan masyarakat yang semakin menurun, meski pendapatannya meningkat, namun pendapatan dan laju kenaikan harga kebutuhan pokok dan inflasi tidak sebanding.

Selain itu, lanjutnya, sistem penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus dirombak secara besar-besaran, sebab selama ini kebutuhan anggaran masih terforsir untuk membiayai gaji pegawai, sedangkan anggaran untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat minim.

Ia mengemukakan ada beberapa hal yang juga menjadi pendorong masalah untuk menghadapi 2014, seperti ancaman terhadap kedaulatan pangan akibat sistem irigasi secara nasional yang tidak bagus. Selain itu, kata Erani, hancurnya energi Indonesia juga menjadi salah satu warisan masalah di Tanah Air. "Bukan kita tidak memiliki Sumber Daya Manusia (SDM), tapi kebijakan pemerintah banyak sekali yang disusun atas dasar intervensi.

Sektor industri, tegasnya, juga sangat rapuh, namun Indonesia berani memasang tarif impor yang sangat rendah, sementara sejumlah negara berkembang lainnya tarifnya cukup tinggi, termasuk perdagangan migas dan nonmigas yang saat ini masih defisit.

Menyinggung upaya untuk melakukan rekonstruksi ekonomi 2014, Erani mengatakan, harus ada sistem yang bagus. "Kalau kita bicara rekonstruksi ekonomi, kita harus bicara sistem, sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan nanti bisa menjadi navigasi bagi arah perekonomian kita," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement