Selasa 10 Dec 2013 11:07 WIB

Duka Ayah yang Anaknya Tewas Akibat Kecelakaan KRL

Rep: Irfan abdurrahmat/ Red: Citra Listya Rini
Petugas mengevakuasi korban kecelakaan kereta rel listrik di perlintasan kereta di Bintaro Permai, Tangerang Selatan, Senin (9/12). (Republika/Yasin Habibi)
Petugas mengevakuasi korban kecelakaan kereta rel listrik di perlintasan kereta di Bintaro Permai, Tangerang Selatan, Senin (9/12). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Almarhum Sofian Hadi, (21 tahun), korban tewas dalam tabrakan maut KRL dengan truk pengangkut BBM di Pondok Ranji, Jakarta Selatan, dikenal sebagai sosok yang bersahaja.

Ayahanda almarhum, Ade Rukhim, (54), saat ditemuiRepublika di rumah duka Jalan RA Kartini RT 2/2 Gang Mawar 3, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Selasa (10/12), menceritakan sosok almarhum semasa hidupnya.

Ade menjelaskan almarhum baru bertugas sebagai teknisi di PT KCJ sejak tiga bulan yang lalu. Menurutnya, setelah almarhum menyelesaikan sekolahnya di STM Karya Guna 1, dia bercita-cita ingin bekerja di perusahaan kereta api. 

"Dia inginnya menjadi masinis kereta. Namun, keinginannya tersebut harus kandas akibat kecelakaan maut tersebut," jelas Ade.

Menurutnya, perjalanan karier yang harus ditempuh almarhum hingga menjadi masinis masih sangat panjang. "Setelah teknisi, nanti naik lagi menjadi asisten baru menjadi masinis," papar Ade dengan raut wajah sedih.

Ade menceritakan tugas almarhum sehari-hari yaitu memanaskan kereta api, memastikan sambungan KRL sudah aman, serta menghidupkan mesin pendingin pada setiap gerbong.

"Kadang dia cerita, pagi buta sudah manaskan kereta dan memastikan AC di setiap gerbongnya menyala. Saya suka bercanda sama dia. Banyak berdoa ya biar tidak melihat hal-hal aneh saat mengecek AC di setiap gerbong kereta," cerita Ade seraya mengingat masa hidup almarhum.

Sofian merupakan anak terakhir dari lima bersaudara. Diketahui, korban belum lama menjadi seorang teknisi KRL di PT Kereta Api Indonesia (KAI) karena baru berjalan selama tiga bulan. Sebelumnya korban bekerja di PT Toshiba di Kawasan MM 2100 Cikarang Barat.

Ade mengatakan tidak ada firasat apapun anak kesayangannya meregang nyawa, tapi sebelum ditemukan tewas, anak terakhirnya sempat meminta untuk dijemput di Stasiun Bekasi sekira pukul 12.00 WIB. "Saya jemput, namun tidak kunjung datang, saya sudah menunggu hingga pukul 12.30 WIB," tuturnya.

Melihat Sofian tak kunjung datang, Ade langsung menuju ke rumahnya untuk menunggu kabar. Tapi, ia mendapatkan kabar duka setelah mendengar berita dari media elektronik tentang kecelakaan maut di perlintasan kereta api Ulujami, Bintaro yang ditumpangi dengan truk bermuatan BBM.

Mendengar hal ini, keluarga tampak dirundung duka yang sangat mendalam. Pihak keluarga sendiri masih menunggu kedatangan jenazah dengan menyiapkan tenda didepan rumahnya yang hanya gang kecil berukuran 1,5 meter dengan kerabat korban yang berdatangan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement