REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menginterpretasikan tokoh paling berpengaruh di Indonesia ke dalam sebuah film memang bukan sebuah pekerjaan mudah. Terlebih refrensi di dapat hanya dari buku.
Maka ketika film Soekarno keluar di bioskop, semua punya ekspetasi yang besar terhadap film ini. Karena bukan hanya sekedar menceritakan ulang kisah sang proklamator memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun juga menjadi catatan visual sosok yang selama ini ada di buku sejarah.
"Saya membuat film ini murni tidak melakukan kritik apa pun. Belum saatnya melakukan kritik karena belum ada yang membuat film Soekarno," kata Hanung Bramantyo di Jakarta.
Hanung menargetkan film ini bisa ditonton generasi muda dan banyak pelajar di Indonesia. Bukan kritikus atau sejarahwan. Dengan harapan, pemuda Indonesia bisa kembali mengenang sosok perjuang kemerdekaan.
Meski begitu, Hanung tak menampik kemungkinan jika film arahannya bersama rumah produksi MPV Production, Dapur Film dan Mahaka Picture ini mendapat banyak kritikan.
"Target film ini bukan kritikus dan sejarahwan tapi remaja. Supaya sosok Soekarno tidak hilang, apalagi Soekarno sudah punya warna. Saya ingin Soekarno dikenang sebagai founding father," kata Hanung.