REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah menyalurkan kredit untuk sektor perkebunan (diluar pertanian tanaman pangan) sebesar Rp 26,4 triliun per September 2013 dengan total luas lahan lebih dari 1,2 juta hektare (ha).
"Kredit tersebut (perkebunan) disalurkan baik kepada masyarakat, koperasi, perusahaan BUMN dan perusahaan swasta nasional," kata Direktur BRI Randi Anto dalam keterangan pers yang diterima Antara di Jakarta, Selasa (10/12).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2013 total ekspor komoditi pertanian per subsektor pertanian senilai 75 juta dolar AS (0,44 persen) untuk tanaman pangan, holtikultura 230 juta dolar AS (1,33 persen), sedangkan perkebunan mencapai 16.955 juta dolar AS dengan kontribusi sebesar 98,23 persen. "Hal ini menggambarkan betapa strategisnya pembiayaan di sektor perkebunan," ujar Randi.
Selain itu, pembangunan perkebunan terbukti mampu meningkatkan daya saing ekonomi negara. Sebagian besar hasil perkebunan merupakan komoditas ekspor yang sangat besar dalam menyumbang devisa negara, terutama komoditi kelapa sawit, yang merupakan komoditi andalan diluar sektor migas. "Dan juga mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (khususnya perkebunan)," katanya.
Randi menjelaskan, BRI menganut model pembiayaan luas pada berbagai strata masyarakat. Model ini dapat mengakomodir pembiayaan kepada petani untuk mendorong peningkatan produk Pertanian. Model ini diawali dari pembiayaan yang murni bersifat bantuan (direct cash assistance) melalui program CSR.
Selanjutnya pemberdayaan masyarakat dilanjutkan dengan menggunakan pemberian soft loan melalui kelompok kerja/tani dengan suku bunga yang rendah melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). "Apabila kemampuan ekonomi masyarakat sudah mulai berkembang, maka model pembiayaan berikutnya adalah melalui pembiayaan dengan pola subsidi bunga seperti pola KKPE dan KPEN-RP," ujar Randi.
Untuk masyarakat yang usahanya mulai bergerak ke arah komersial namun belum memenuhi persyaratan perbankan terutama dalam hal penyediaan agunan kredit, maka BRI melakukan pembiayaan melalui spesial skim dengan pola asuransi kredit seperti KUR guna mitigasi risiko terhadap agunan kredit. "Apabila masyarakat sudah benar-benar dipandang mampu secara ekonomi, maka model pembiayaan yang disalurkan BRI adalah fully comercial seperti Kupedes, KI dan KMK," kata Randi.
Pembiayaan yang dilakukan BRI terhadap pembangunan perkebunan dilakukan mulai dari pembiayaan kepada masyarakat desa (dengan skim Kupedes, KUR Tanaman Keras, KPEN-RP dan KKPE), pelaku bisnis menengah hingga bisnis korporasi.
BRI telah memberikan komitmen pembiayaan dengan plafon KPN-RP sebesar Rp 12 triliun (untuk komoditi Kelapa Sawit, Karet dan Kakao). "Saat ini telah disalurkan sebesar Rp 5,26 triliun dengan melibatkan 98 koperasi dan 45.716 KK petani serta luas areal kebun mencapai 97.232 ha. Sedangkan untuk non kemitraan BRI telah menyalurkan Rp 171,7 miliar dengan 8.104 KK petani dengan luas lahan 16.208 ha," ujar Randi.