REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berjabat tangan dengan pemimpin Kuba Raul Castro pada upacara peringatan mengenang Nelson Mandela di Johannesburg, Selasa (10/12).
Momen langka itu diperlihatkan keduanya yang memiliki pandangan ideologi berbeda tetapi mencerminkan semangat rekonsiliasi pahlawan antiapartheid itu. Sebaliknya perdamaian dan harmoni tidak mengarah ke Presiden Afrika Selatan Jocob Zuma.
Kerumunan orang di stadion yang diguyur hujan di Johannaesburg mengejek dan mencemoh Presiden Zuma ketika ia siap-siap memberikan pidato penutupan pada upacara itu.
Kematian Mandela pada usia 95 tahun telah mengalihkan perhatian dari serangkaian skandal korupsi dalam pemerintahan Zuma. Mandela merupakan presiden pertama kulit hitam Afrika Selatan dan Zuma sebagai presiden keempat.
"Mandela memiliki visi. Mandela menghidupkan visi itu," kata Funeka Gingcara-Sithole, 31, yang bgerada di antara kerumunan itu. "Tapi apa yang Zuma katakan, dia tidak hidup. Dia semestinya melakukan tindakan perkasa dengan mengundurkan diri."
Penyambutan yang diterima Zuma merupakan suatu hal yang kontras dari penyambutan bintang rock kepada Obama, satu di antara 90 pemimpin dunia yang menyampaikan selamat jalan kepada Mandela di Johannesburg.
Ketika dia naik ke podium, Obama mengulurkan tangannya ke Castro, pemimpin komunis, yang menjabatnya dan tersenyum kembali. Gedung Putih menyatakan sikap itu merupakan suatu hal yang biasa-biasanya, bukan isyarat perubahan politik.
"Tak ada rencana apa-apa terkait peran presiden selain memberikan kata sambutan," kata Wakil Penasehat Keamanan nasional Ben Rhodes kepada wartawan yang turut rombongan Obama.
"Dia sesungguhnya bertindak tidak lebih dari bertukar salam dengan para pemimpin ketika hendak memberi sambutan, ini bukan diskusi substantif," kata dia.
Pemimpin AS dan Kuba tercatat pernah bersalaman ketika mereka berada di PBB tahun 2000, manakala saudara laki-laki Fidel Castro menyalami Presiden AS waktu itu Bill Clinton.
Sikap Obama itu tidak mencegahnya menyampaikan sambutan dengan kata-kata tajam kepada para pemimpin, yang dia katakan, menyokong perjuangan Mandela terhadap tekanan sementara memojokkan oposisi dan mereka yang tak sepakat di dalam negerinya.