REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, mencatat pernikahan paling banyak terjadi pada Bulan Dzulhijah.
Hal itu lantaran masyarakat yang menghormati tradisi orang tuanya dahulu dalam menentukan hari bersejarah bagi mereka itu.
Salah satu penghulu di KUA Cilandak, Muhammad Alwi mengatakan, jumlah pernikahan yang tercatat di KUA Cilandak dalam bulan Dzulhijjah bisa mencapai dua kali lipat dari bulan-bulan biasanya.
"Kalau bulan Dzulhijjah seperti kemarin bisa sampai dua kali lipat lebih. Karena bagi sebagian warga, Bulan Dzulhijah itu baik untuk menikah," kata Alwi saat ditemui di kantornya, Jalan Muhasyim VII Nomor 90 Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (11/12).
Sedangkan pada Bulan Muharram dan Dzulqoidah, lanjut Alwi, acara pernikahan menurun drastis. Menurut Alwi, dua bulan itu bagi sebagian masyarakat merupakan bulan yang tidak baik untuk melangsungkan pesta pernikahan.
"Kan di Jakarta banyak pendatang juga. Mereka masih menghormati tradisi orang tua mereka yang tidak melangsungkan akad nikah di dua bulan itu," ujarnya.
Meskipun hari ini, Rabu (11/12) bagi sebagian orang menganggapnya 'tanggal cantik', namun hal itu tidak lantas menjadikan warga Jakarta serta-merta memilih tanggal ini sebagai hari untuk melangsungkan acara pernikahan.
Menurut alwi, meski tanggalnya bagus namun itu bertepatan dengan hari masuk kerja. Masyarakat di Jakarta, lanjutnya, saat ini lebih memilih hari libur ketika melangsungkan acara pernikahan mereka.