Kamis 12 Dec 2013 18:09 WIB

Review Film TOP 'The Commitment' Tentang Ketegangan Korsel-Korut (2-Habis)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Djibril Muhammad
TOP BigBang difilm The Commitment
Foto: Allpopasia
TOP BigBang difilm The Commitment

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- TOP melakukan pekerjaan yang sangat baik sebagai seorang aktor. Emosinya yang rumit, seorang pemuda lugu yang hanya merindukan kehidupan normal, yang kemudian terlibat sebagai seorang mata-mata hanya untuk menyelamatkan adiknya.

Ia pun akhirnya harus berani membunuh orang untuk membuat impiannya itu tercapai. Setelah menyelesaikan tugasnya, Myung Hoon menemukan bahwa dia telah dikhianati negaranya sendiri.

Di salah satu adegan, TOP tampak begitu ekspresif dan realistis untuk membuat seolah aktingnya itu benar-benar nyata.

Yang paling mengesankan dari film 'The Commitment' adalah interaksi antara karakter yang berbeda, membuat film ini lebih dari sebuah tampilan dari beberapa perspektif pada pertempuran dan kemanusiaan.

Hubungan kakak adik TOP, hingga adiknya dijadikan tawaran untuk menyerah membuat penonton terenyuh.

Kecintaan TOP untuk melindungi adik kecilnya itu menjadi motivasi dirinya harus bertahan sebagai mata-mata. Interaksi ini membentuk tulang punggung untuk keseluruhan cerita film.

Film ini juga menunjukkan metafora antara kecintaan dan kebencian Myung Hoon dengan negaranya, di mana peran kebapakan pimpinan negaranya di pemerintahan telah mengambil alih tujuan hidupnya.

Ini menjadi sangat jelas mengapa motovasi Myung Hoon melakukan apa yang seharusnya tidak dia lakukan dan mengapa pemerintah ingin dia melakukan hal itu adalah sangat berbeda.

Setelah orang tua angkatnya dibunuh, Myung Hoon sering mengunjungi seorang nenek yang pernah hidup di zaman revolusi Korea. Nenek itu yang dulunya bertugas di pusat mata-mata Korea Utara.

Dia membantu mengisi kekosongan hati Myung Hoon yang ditinggalkan kedua orang tuanya. Adegan terakhir antara keduanya adalah salah satu yang paling menyayat hati di film ini.

Ada potensi untuk alur cerita romantis antara Myung Hoon dan teman sekelasnya, Hye In yang berkebangsaan Korea Selatan. Namun, penulis cerita memilih untuk tidak membahas dalam tentang itu. Penulis menjaga persahabatan platonis antara keduanya.

Hye In adalah teman pertama dan satu-satunya yang dimiliki Myung Hoon. Hubungan persahabatan keduanya murni hingga di akhir film. Lebih baik menjaga ikatan seperti ini antara keduanya, daripada meguranginya ke perasaan yang lebih hormonal.

Film ini berakhir dengan meninggalnya secara tak terduga Kim Jong Il, Presiden Korea Utara di masa itu. Kemudian terjadi perubahan rezim yang menunjukkan pertempuran antara Utara dan Selatan masih berlangsung dan terus memengaruhi kehidupan setiap generasi baru dengan cara yang semakin rumit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement