Jumat 13 Dec 2013 12:32 WIB

Warga AS yang Hilang di Iran Ternyata Agen CIA

Markas besar badan intelijen pusat AS (CIA) di Langley, Virginia dekat kota Washington
Foto: AP
Markas besar badan intelijen pusat AS (CIA) di Langley, Virginia dekat kota Washington

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Warga Amerika Serikat (AS) yang hilang di Iran enam tahun lalu adalah sosok yang bekerja untuk CIA dan saat itu berada di Iran bukan dalam rangka perjalanan bisnis seperti yang diklaim para pejabat AS, demikian dilaporkan media AS, Kamis (13/12).

Menyangkut kasus yang telah sekian lama ditutup-tutupi itu, Associated Press (AP) dan The Washington Post menerbitkan laporan panjang yang mengungkapkan bagaimana agen FBI yang sudah pensiun Robert Levinson dibayar oleh CIA untuk mengumpulkan data intelijen di seluruh dunia.

"Levinson terbang menuju daerah peristirahatan Iran, Pulau Kish, pada bulan Maret 2007 untuk menyelidiki korupsi di negara tersebut, dengan harapan juga dapat mengumpulkan informasi soal dugaan program nuklir Iran," kata laporan itu.

Namun, Levinson kemudian hilang, dan para pejabat AS telah secara terbuka mengatakan ia merupakan warga negara biasa yang sedang melakukan kunjungan bisnis."Dalam langkah yang melanggar peraturan CIA, sebuah tim analis telah mempekerjakan Levinson untuk mengumpulkan data intelijen," demikian ditulis oleh AP dan Washington Post.

Levinson disebut-sebut sebagai agen FBI musiman yang memiliki keahlian berupa pengetahuan tentang lingkaran kejahatan Rusia. Ketika kemudian Kongres mengatahui apa yang telah terjadi, badan intelijen itu memecat tiga analis dan tujuh lainnya dikenai langkah pendisiplinan.

Untuk mencegah kemungkinan munculnya tuntutan hukum yang memalukan, Badan Intelijen Pusat (CIA) juga membayar keluarga Levinson sebanyak 2,5 juta dolar AS (Rp 30 miliar). Karena kasus Levinson itu, CIA menerapkan larangan-larangan baru tentang bagaimana para analis boleh bekerja sama dengan orang luar. Namun hingga keluarnya laporan pada hari Kamis (13/12), skandal serta tanggapan dari CIA masih menjadi rahasia.

AP pertama kali mengetahui adanya keterikatan Levinson dengan CIA pada tahun 2010 dan terus melakukan pelaporan untuk mengungkap lebih banyak keterangan rinci. Kantor berita itu sudah tiga kali setuju untuk menunda penerbitan laporan karena pemerintah AS mengatakan pihaknya sedang berupaya mendekati para pemimpin yang menjanjikan untuk mengembalikan Levinson dengan selamat.

Namun, AP mengatakan pihaknya memilih untuk mengeluarkan laporan itu sekarang karena upaya-upaya untuk menemukan dan membebaskan Levinson telah gagal. Tidak ada video atau foto yang membuktikan bahwa Levinson masih hidup sejak awal tahun 2011.

Para pejabat senior AS juga mengatakan pihak-pihak terkait di Iran hampir pasti mengetahui tentang keterkaitan Levinson dengan CIA. "Foto-foto dan video tahun 2010 dan 2011 mengarah pada pertukaran diplomatik antara Washington dan Teheran untuk menjamin kebebasannya. Namun, sejak itu tidak ada petunjuk yang menjanjikan," demikian kata laporan itu.

Sejumlah pejabat menduga Levinson sudah meninggal, namun FBI mengatakan pihaknya tetap bertekad untuk membawanya pulang.

Jika Levinson masih hidup --ia berusia 65 tahun, ini berarti ia telah ditahan lebih lama dari warga Amerika manapun, lebih lama dari wartawan AP Terry Anderson. Anderson ditahan selama lebih dari enam tahun di Beirut.

Iran membantah mengetahui apapun soal keberadaan Levinson. Laporan AP itu dibuat oleh Matt Apuzzo dan Adam Goldman, yang baru-baru ini bekerja di Washington Post. Belum ada komentar dari pihak CIA menyangkut laporan kedua media tersebut.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement