REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK-- Laporan tim ahli PBB, Kamis (12/12) lalu, menyatakan penggunaan senjata kimia terbukti dilakukan dalam lima dari tujuh serangan di Suriah. Namun PBB tidak menyebutkan secara rinci siapa yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia tersebut.
Laporan hanya mencatat beberapa kasus dengan korban mulai dari tentara pemerintah hingga warga sipil. Menurut laporan antara serangan, lokasi dan korban belum tentu saling berhubungan. "PBB menyimpulkan senjata kimia telah digunakan dalam konflik antarpihak yang berseteru di Suriah," ungkap Kepala tim ahli PBB Ake Sellstrom.
Hingga saat ini Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Ja'afari dan Koalisi Oposisi Nasional Suriah, belum menanggapi laporan setebal 82 halaman tersebut.
Penyelidik menemukan kemungkinan penggunaan senjata kimia di wilayah Khan al-Assal, dekat kota Aleppo Utara, pada bulan Maret. Kemudian di Saraqeb dekat kota Idlib Utara, senjata kimia digunakan sekitar bulan April. Terakhir di Jobar dan Ashrafiat Sahnaya, kota di dekat Damaskus, senjata digunakan pada bulan Agustus.
Di awal laporannya Sellstrom juga menyatakan, senjata kimia jenis sarin digunakan secara besar-besaran terhadap warga sipil di wilayah yang dikuasai oposisi Damaskus, di pinggiran Ghouta. Serangan yang terjadi pada 21 Agustus tersebut menewaskan ratusan orang.
Di laporan akhirnya pada Kamis ini, para ahli mengatakan sarin kemungkinan juga digunakan di wilyah Jobar, Saraqeb dan Ashrafiat Sahnaya. Hanya saja penggunaannya masih dalam skala kecil.
Namun tim ahli hanya menyelidiki penggunaan senjata kimia dan bukan siapa yang menggunakannya. Baik pemerintah maupun pihak oposisi hingga saat ini masih saling tuduh terkait penggunaan senjata kimia, keduanya sama-sama membantah melakukan hal tersebut.
Sejauh ini dari laporan PBB, pemberontak Suriah telah menyita semua jenis senjata dari pangkalan militer Suriah. Namun negara Barat meyakini, para oposisi tidak memiliki akses pada senjata kimia.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon sebelumnya membentuk tim ahli khusus penggunaan senjata kimia di Suriah. Tim yang dipimpin Sellstrom tersebut dibentuk, setelah Ban menerima surat dari pemerintah Suriah yang menuduh pemberontak menggunakan senjata kimia dalam serangannya di Khan al-Assal.