REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia bukan tidak mungkin menemui kenyataan buruk jika pasar kopi berpindah dari Indonesia ke Vietnam. Pernyataan itu disampaikan Bihar Sakti Wibowo, Direktur Jakarta Futures Exchange (JFE).
"Vietnam belajar menanam kopi di Indonesia beberapa tahun lalu dan sekarang produk mereka berkembang dengan pesat. Kalau kita tidak melakukan apa-apa maka pasar akan pindah ke sana," kata Bihar dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Jumat (13/12).
Menurut Bihar, Indonesia merupakan negara penghasil komoditas yang luar biasa. "Permasalahannya juga luar biasa banyak, mulai dari masalah perkebunan, pemasaran, produksi, kualitas dan lain-lain. Untuk itu diperlukan koordinasi semua pihak yang terkait, termasuk soal regulasi," katanya.
Sementara itu, Bihar juga menyoroti nasib petani teh Indonesia yang produknya masih belum mendapatkan harga jual ideal produk. "Petani teh kita, produknya hanya dihargai 1,2 dolar AS per kilogram. Sedangkan teh asal Bangladesh bisa dihargai hingga 3,4 dolar AS," katanya.
Menurut dia, masalahnya bukan pada kualitas produk, tapi mentalitas petani Indonesia yang masih kurang. Mereka memasukkan batang-batang teh supaya timbangannya berat, tapi kualitasnya menjadi rendah.
"Ada juga kasus hasil sadapan karet dicampur dengan sandal bekas dan barang-barang bekas lainnya supaya berat bertambah. Hal-hal seperti ini menurunkan kualitas produk Indonesia," katanya.