Sabtu 14 Dec 2013 15:46 WIB

AS Akan Beri Amnesti kepada Snowden?

June 21, 2013 file photo, a banner supporting Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, is displayed at Central, Hong Kong's business district. (Illustrati)
Foto: AP/Kin Cheung
June 21, 2013 file photo, a banner supporting Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, is displayed at Central, Hong Kong's business district. (Illustrati)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional (NSA) menyatakan akan memberikan amnesti kepada pembocor dokumen intelijen Edward Snowden jika dia mau menghentikan menyebarluaskan dokumen-dokumen rahasia.

Rick Ledgett, kepala gugus tugas NSA yang menginvestigasi dampak pembocoran dokumen oleh Snowden, berbicara dalam program "60 Minutes" stasiun televisi CBS bahwa beberapa rekannya di lembaga itu, tapu tidak seluruhnya, setuju dengan pandangan Ledgett itu.

"Pandangan pribadi saya adalah ya, layak melakukan pembicaraan bagi kesepakatan yang mungkin," kata Ledgett. Namun Snowden harus memberikan jaminan kuat terlebih dahulu bahwa dokumen-dokumen sisanya terjaga.

Namun Kepala NSA Jenderal Keith Alexander menolak gagasan amnesti Snowden itu.

"Ini adalah analog untuk  penyandera yang menawan 50 sandera, menembak 10 sandera dan lalu berkata 'Kalian beri saya amnesti penuh dan saya akan membebaskan 40 sandera sisanya,'" kata Alexander dalam "60 Minutes."

Alexander mengatakan kesepakatan amnesti adalah preseden berbahaya untuk para pembocor dokumen di masa mendatang.

Jenderal bintang empat yang akan pensiun tahun itu mengaku telah meminta pengunduran diri setelah kebocoran terjadi namun itu tak disetujui pemerintahan Presiden Barack Obama.

Snowden dikabarkan telah mencuri 17 juta dokumen rahasia dan jumlah ini tak dibantah oleh Ledgett.

Sekitar 58.000 dokumen rahasia yang diambil Snowden itu telah dibocorkan ke sejumlah media massa, lapor koran Inggris The Guardian.

CBS  juga melaporkan, seorang analis NSA telah menemukan malware yang dirancang di China yang bisa menghancurkan komputer-komputer terserang virus.

Direktur Jamninan Informasi NSA Debora Plunkett menyebutkan senjata siber ini dinamai "Bios Plot" atau nama komponen kunci dalam komputer pada langkah dasar seperti saat menyalakan sistem operasi komputer.

Malware ini disamarkan sebagai update untuk software yang jika pengguna mengkliknya, maka virus akan "membekukan" operasi komputer," kata Plunkett.

Jika ini diluncurkan maka dampaknya akan luar biasa ke seantero dunia.  Plunkett menyebut dampak virus ini akan melemahkan perekonomian AS.

NSA telah berbicara dengan pabrikan pembuat komputer untuk pencegahan  dampak yang mungkin terjadi dari malware tersebut, demikian AFP.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement