REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja perbankan di mayoritas negara Asia dan emerging markets mengalami tiga tantangan besar. Ketiganya, seperti dilansir lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, mencakup masalah tingginya suku bunga, perlambatan pada pertumbuhan ekonomi, dan masalah utang.
Fitch melihat, pertumbuhan kredit yang lebih lambat bersifat positif jika itu bisa menghindari pemanasan ekonomi. Karenanya, menurut lembaga ini, semua negara kecuali Mongolia mencatat Stable Rating Outlooks, yang merefleksikan sejumlah faktor.
"Banyak perbankan sedang memasuki fase ini dengan keadaan fundamental yang sehat, namun beberapa tidak terjadi di Cina dan India," demikian penjelasan Fitch, hari ini.
Kondisi ini semakin bertambah kompleks ketika bank sentral AS, the Fed, akan memberlakukan kebijakan pemotongan pembelian surat utang alias tapering off dari 85 miliar dolar AS per bulan menjadi hanya 40 miliar dolar AS.
Indonesia termasuk yang menjalankan kebijakan perlambatan ekonomi. Bank sentral menurunkan target pertumbuhan kredit dari angka di atas 20 persen menjadi hanya 13-17 persen. Nilai tukar rupiah pun dibiarkan mengambang untuk memasuki keseimbangan baru.