REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penyakit yang disebabkan kuman dari urin tikus, leptospirosis menyebar tidak hanya di wilayah persawahan. Sebagian besar kasus leptospirosis di Sleman tahun ini ditemukan di wilayah perkotaan.
Dinas Kesehatan Sleman mencatat leptospirosis mencapai 19 kasus tahun ini. Namun, tidak ada korban jiwa dalam kasus tersebut. "Sekarang penyebaran leptospirosis tidak spesifik di wilayah pertanian," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Mafilindati Nuraini, Selasa (17/12).
Sejumlah wilayah perkotaan yang ditemukan kasus leptospirosis antara lain di Kecamatan Depok dan Berbah. Pada tahun lalu, leptospirosis juga ditemukan di kecamatan Prambanan. Menurut Mafilindati, penyebaran leptospirosis semula hanya di wilayah pertanian tapi kemudian menyebar ke perkotaan.
Leptospirosis disebabkan kuman leptospira patogen. Kuman tersebut disebarkan melalui urin tikus yang terinfeksi. Penyebaran kuman tersebut dibantu air saat musim hujan. "Kalau ada air hujan, risiko penyebaran lebih besar," ujar Mafilindati.
Penyebaran bakteri tersebut bisa melalui luka pada kulit atau selaput mata. Gejala leptospirosis ditandai dengan demam, nyeri pada betis, dan warna mata menguning. "Sebagian besar gejalanya seperti flu dan akan sembuh sendiri," ujarnya.
Meski demikian, penderita leptospirosis berisiko mengalami komplikasi hingga gagal ginjal dan liver. Risiko penderita mengalami komplikasi mencapai 20 persen. Sementara untuk obat leptospirosis sendiri tergolong mudah yakni antibiotik.
Selain leptospirosis, Mafilindati mengatakan sejumlah penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan flu burung mengancam warga Sleman. Hingga pertengahan Desember, sudah ditemukan sekitar 670 kasus DBD dengan tiga orang meninggal dunia.
Dinas Kesehatan Sleman juga menemukan dua suspect flu burung pada 2013. Namun, hasil laboratorium menunjukkan mereka negatif terinfeksi flu burung. Tahun lalu, dua suspect yang dicurigai terinfeksi flu burung dengan satu orang meninggal dunia.
Untuk mengantisipasi penyakit musim hujan, Mafilindati menganjurkan masyarakat menjaga kebersihan dan pemantauan jentik nyamuk secara berkala. Penanggulangan DBD dinilai harus dilakukan dari pemberantasan sarang nyamuk. "Kami tidak merekomendasikan fogging (pengasapan) karena itu tidak efektif," ujarnya.