Selasa 17 Dec 2013 16:04 WIB

Ini Cara Pemerintah Tarik Minat Perajin Batik Usia Muda

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Dewi Mardiani
Mari Elka Pangestu
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Mari Elka Pangestu

REPUBLIKA.CO.ID, Regenerasi perajin batik terus diupayakan. Perajin batik yang saat ini umumnya berusia di atas 55 tahun, menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, mengatakan kunci awal regenerasi perajin batik berawal dari apresiasi yang diberikan kepada perajin batik.

Perajin batik layak mendapatkan harga tinggi dari produk yang dihasilkannya. Rumit dan lamanya proses pembuatan batik tulis menjadikan harga tinggi sebagai sesuatu yang pantas diberikan kepada perajin batik.

"Pemahaman bahwa batik tulis itu lebih mahal dibandingkan dengan kain cap atau batik cetak. Sekarang sepertinya interest-nya sudah meningkat," ujar Mari, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, semakin tinggi apresiasi terhadap produk batik tulis, akan menjadi stimulus bagi generasi muda untuk menekuni batik tulis. Di berbagai daerah, kata dia sudah mulai dikembangkan sentra kreatif rakyat. Di tempat ini, sudah mulai dikembangkan latihan dan pengembangan batik tulis.

Lokasi lumbung padi seperti Pekalongan, Magelang, dan Pacitan telah dilakukan pengembangan batik tulis, mulai pelatihan membatik hingga pengembangan desain. Di sentra kreatif rakyat ini menjadi sarana untuk regenerasi perajin batik tulis. Tidak hanya menghadirkan instruktur batik atau narasumber dari pusat, di sentra batik ini para perajin batik senior bisa membagi kemampuan membatik kepada generasi yang lebih muda.

"Kita cari (perajin) yang sudah senior buat ngajarin ke yang masih muda. Ini sudah tiga tahun. Ini juga bukan cuma buat perempuan, tapi buat laki-laki juga, soalnya pewarnaan batik biasanya butuh energi banyak," ujar wanita penggemar batik klasik ini.

Di tahun-tahun mendatang, lanjutnya, pelatihan nantinya akan dikembangkan agar para perajin batik lebih kreatif mengembangkan desain atau motif batik. Tak hanya perempuan yang dilibatkan dalam pelatihan ini, menurut Mari, pria juga banyak yang cukup berminat. Remaja usia lulusan SMU banyak yang melakukan pelatihan membatik disini.

Batik juga bukan monopoli daerah-daerah asli lumbung batik. Batik sudah makin menyebar, termasuk ke daerah yang pada awalnya tidak mengenal batik sebagai bagian dari kearifan lokal daerah tersebut. Mari mengatakan, batik tulis juga berpotensi dikembangkan di lokasi wisata, meski tidak ada latar belakang sejarah batik di daerah mereka. Misalnya di daerah Laboan Bajo dan Toraja yang menggunakan batik untuk ikat kepala.

Pemasaran produk batik juga menjadi perhatian pemerintah. Untuk meningkatkan jaringan pemasaran UMKM batik, Kemenparekraf mendorong kerja sama perajin dengan pengumpul, atau desainer agar produk batik tulis digunakan dalam pameran, termasuk tempat untuk etalase produk-produk batik tulis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement