REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Toto Tasmara
Cinta adalah kekuatan batiniah yang merupakan fitrah esensial yang dianugerahkan Ilahi. Cinta adalah tema sentral di mana segala sesuatu berangkat dan berlabuh pada muara cinta. Apabila seluruh kehidupan dinisbatkan kepada cinta, niscaya damailah dunia.
Cinta atau di dalam bahasa Arab disebut dengan hubb adalah inti atau nucleus dari hubungan antara Abid dengan Ma'budnya. Dalam getaran cinta itu ada isy yaitu suasana keterpikatan dan kerinduan yang teramat sangat.
Asyik adalah kerinduan sang Perindu yang terus menerus mengharap Sang Ma'syuk (yang dirindukannya) dengan penuh keterpesonaan .
Ibarat kemegahan seorang Raja, mahkotanya adalah cinta yang berhiaskan mutiara keikhlasan, intan kesabaran, jamrud kerinduan. Raja yang tidak bermahkota, bagaikan penguasa tanpa wibawa.
Itulah sebabnya, bila seseorang mencintai Allah, akan tampak dari prilakunya yang ikhlas mengikuti jejak akhlaq Rasulullah SAW, sebagaimana Allah berfirman, "Katakanlah, jika engkau mencintai Allah , ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu, mengampunkan dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Penyayang." (3 : 31).
Rasa cintanya, telah menepis segala jalan kecuali jalan yang ditetapkan Ilahi yang disebut sirathal mustaqim, jalan yang di penghujungnya ada gerbang ridha Ilahi. Pintu yang akan menghantarkan hamba-Nya memasuki taman–taman surga.
Dalam cintanya itu, ada kedamaian (muthmainah). Rasa rindunya melahirkan kekuatan (al quwwah) yang membakar gairah untuk selalu berjuang (mujahadah) sehinga terbukalah jalan menuju perjumpaan batin dengan Sang Ilahi.
Ini juga disebut mukasyafah tersingkapnya jalan menuju penyaksian (musyahadah) sehingga ia tenggelam dalam khlawatnya dengan Dia Yang dirindukannya.
Karena ia yakin, ia akan kembali keharibaan-Nya dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya, sebagaimana firman-Nya. "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku." ( 89 : 27- 30 ) .
Pada saat berdoa, pandangan batinnya begitu tajam sehingga merasakan kehadiran dirinya di hadapan Sang Ilahi. Ia merasakan, betapa Sang Kekasih menatap tajam pada lubuk hatinya. Inilah yang dimaksudkan dengan ihsan.
Rasulullah SAW bersabda, ”Beribadahlah seakan–akan engkau melihat Allah, dan bila tidak, rasakan bahwa Allah melihatmu." Karena Allah SWT senantiasa menatap kalbu, maka jadikanlah setiap desah nafas kita adalah doa!