REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari lagi, para ibu di Indonesia akan memperingati Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember. Namun penghormatan terhadap para ibu ini dirusak oleh maraknya perempuan yang terseret kasus-kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Diawali Artalita Suryani alias Ayin yang tertangkap tangan KPK memberikan uang suap sebesar 660 ribu Dolar AS kepada Ketua Tim Jaksa Penyelidik Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Urip Tri Gunawan pada 2008. Ayin dijatuhkan vonis di Mahkamah Agung (MA) dengan hukuman pidana selama lima tahun pada 2009. Ayin bebas pada 2011.
Setelah itu, makin banyak perempuan yang menjadi tersangka kasus korupsi di KPK. Sebut saja mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Miranda Swaray Goeltom dan Nunun Nurbaeti yang tersangkut kasus cek pelawat kepada anggota DPR.
Kemudian ada Politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Wa Ode Nurhayati yang dijerat dengan kasus dugaan korupsi Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah. Pengusaha Hartati Murdaya dijerat kasus dugaan suap pengurusan sertifikat Hak Guna Usaha dan Izin Usaha Perkebunan kelapa sawit kepada Bupati Buol, Amran Batalipu.
KPK juga menjerat Putri Indonesia 2001 yang menjadi politisi Partai Demokrat, Angelina 'Angie' Sondakh yang divonis 4,5 tahun di Pengadilan Tipikor Jakarta dan ditambahi tiga kali lipatnya menjadi 12 tahun penjara di Mahkamah Agung. Terakhir, Gubernur Banten yang menjadi gubernur perempuan pertama di Indonesia, Ratu Atut Chosiyah dijerat dalam dua kasus korupsi sekaligus.
Maraknya koruptor perempuan ini yang membuat guru kembar di Sekolah Darurat Kartini, Rossy dan Rian, merasa prihatin. Mereka membawa serta sebanyak 14 orang muridnya dari berbagai tingkatan usia belajar ke gedung KPK untuk memberikan lukisan yang berisi para perempuan yang tersangkut kasus korupsi di KPK.
"Mereka bukan koruptor lagi, mereka rampok dan maling. Mereka perempuan yang tidak bisa dicontoh sebagai ibu yang seharusnya melindungi anak-anaknya, melindungi rakyatnya," kata Rossy yang ditemui di gedung KPK, Jakarta, Kamis (19/12).
Rossy dan Rian terlihat memakai baju yang seragam. Mereka memakai gaun berlengan pendek dan rok selutut berwarna putih serta topi mengembang dan payung renda yang juga berwarna putih. Mereka juga membawa lukisan sekitar berukuran 0,5 x 1 meter yang dibungkus kertas kado.
Rossy menuturkan lukisan ini akan diberikan kepada KPK dalam rangka peringatan Hari Ibu. Lukisan ini berisi gambar para perempuan yang menjadi koruptor. Ia menyebutkan ada Miranda Goeltom, Nunun, Hartati Murdaya, Angie, dan tidak ketinggalan Ratu Atut Chosiyah.