REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Presiden Sudan Salva Kiir dan mantan Wakil Presiden Riek Machar untuk berunding guna mengakhiri krisis yang telah menewaskan ratusan warga dan memperluas perang sipil.
Tercatat lebih dari 20 ribu mengungsi akibat memanasnya politik di Sudan.
Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan keprihatinannya atas kondisi Sudan. "Masalah ini harus segera diselesaikan melalui perundingan politik," katanya seperti yang dikutip BBC, Rabu (18/12).
Juru bicara Misi PBB di Selatan Sudan (UNMISS) Joe Contreras, mengatakan 10 ribu warga berlindung di kamp-kamp PBB di pinggiran kota seiring ketegangan Bor yang terus meningkat.
PBB sendiri menyatakan pertempuran Sudan sudah mengarah pada pertikaian antar etnis antara suku Dinka di kubu Kiir dan suku Nuer di kubu Machar. Kiir mengatakan Machar mencoba mengambil alih kekuasaan secara paksa sejak Ahad (15/12) lalu.
Dalam siaran BBC Machar membatah dirinya sedang melakukan kudeta. "Saya dijadikan kambing hitam oleh Kiir. Saya harus mempertahankan diri," katanya.
Hingga saat ini keberadaan Machar tak diketahui. Namun Machar sempat mengatakan ia tak akan meninggalkan Sudan. Sejak merdeka pada 2011, Sudan terus berusaha mempertahankan pemerintahan yang stabil.
Negeri kaya minyak ini berhasil mencapai kesepakatan damai pada 2005 setelah sekian lama mengalami perpecahan etnis dan politik. Machar ditunjuk menjadi wakil presiden sejak itu. Namun ia dipecat Juli lalu saat kabinet dibubarkan.