REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara mengancam akan melancarkan serangan tanpa ampun terhadap Korea Selatan setelah pegiat negara itu membakar boneka dinasti Kim yang berkuasa dalam peringatan kedua meninggalnya Kim Jong-Il.
Ancaman itu disebutkan dalam sebuah pesan yang dikirim pada Kamis (19/12) oleh sekretariat Komisi Pertahanan Nasional, badan militer tertinggi di Korea Utara, melalui saluran hotline militer.
Dalam unjuk rasa pada Selasa (17/12) lalu untuk memperingati meninggalnya Kim Jong-Il, kelompok konservatif Korsel membakar boneka pemimpin muda Korut Kim Jong-Un, almarhum ayah dan kakeknya.
Korea Utara mengatakan aksi tersebut telah menyinggung kehormatan tertinggi para pemimpinnya dan mengancam akan melakukan pembalasan tanpa ampun tanpa peringatan.
"Kami telah mengirim balasan dan bertekad akan bereaksi tegas atas setiap provokasi yang dilakukan oleh Korea Utara," Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Kim Min-Seok, Jumat (20/12).
Ancaman Korea Utara tersebut muncul ditengah meningkatnya kekhawatiran mengenai stabilitas rejim itu setelah pekan lalu dilakukan eksekusi Jang Song-Thaek, pejabat tinggi yang juga paman dan bekas mentor politik Kim Jong-Un.
Seoul dan Washington memperingatkan kemungkinan munculnya aksi provokatif oleh negara nuklir Korea Utara. Korea Utara memiliki sejarah panjang mengenai retorika perang dan seringkali mengancam akan menyerang Korea Selatan.
Ketegangan antara kedua Korea itu mulai tampak menurun setelah sempat meningkat pada Februari, saat Korea Utara menggelar uji nuklir bawah tanah ketiga dan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.