REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Tim Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah (Jateng), sampai Jumat (20/12), masih memperbaiki tanggul Bengawan Solo di Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim) yang bocor dan mengeluarkan air sekitar 400 liter/detik.
"Tim Balai Besar Bengawan Solo di Solo dan Dinas Pengairan pagi ini akan kembali memperbaiki tanggul bocor dengan cara menguruk dengan tanah katel," kata Camat Kanor Supi Haryanto.
Ia menjelaskan Tim Balai Besar Bengawan Solo dan Dinas Pengairan yang melakukan usaha memperbaiki tanggul bocor sudah membuahkan hasil. Hanya, katanya, tanggul berhenti mengeluarkan air hanya berlangsung sekitar lima menit, namun kemudian tanggul bocor kembali di lokasi yang berbeda dengan debit yang hampir sama.
Ketika itu, katanya, tanggul yang bocor diuruk dengan tanah dari tepi menuju ke lokasi titik pusat tanggul yang bocor.Di lokasi pusat tanggul bocor ditutup dengan tanah yang dimasukkan ke dalam kantung plastik besar yang disi tanah dengan berat sekitar 1 ton. "Air yang keluar sempat berhenti hanya sekitar lima menit, Kamis (19/12) malam hari. Tapi perlahan-lahan air keluar lagi di tempat yang berbeda," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut dia, Tim Balai Besar Bengawan Solo dan Dinas Pengairan kembali mengulang perbaikan tanggul bocor dengan cara yang hampir sama, tapi tanah yang dimanfaatkan menguruk tanggul yaitu tanah katel bukan tanah di lokasi tanggul. "Saat ini pengerjaan perbaikan tanggul bocor sedang berjalan," ucapnya, menegaskan.
Petugas di lapangan, lanjutnya, mengerjakan perbaikan tanggul dilengkapi dengan dua alat berat "backhoe" dan alat berat lainnya. Lebih lanjut ia menjelaskan perbaikan tanggul bocor tetap harus dilakukan, sebab kalau dibiarkan tanggul di daerah setempat bisa jebol. "Saat ini ketingian air Bengawan Solo sudah mulai surut, tapi statusnya masih tetap siaga banjir," ujarnya.
Supi, sebelumnya, juga menyebutkan banjir luapan Bengawan Solo di wilayahnya telah merusak tanaman padi seluas 1.608 hektare dengan perkiraan kerugian mencapai Rp 16 miliar lebih, disebabkan tanaman padi yang diterjang banjir tidak bisa dipanen.