REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan suara wanita dalam pemilu sangat menentukan terpilihnya pemimpin. Akibatnya, mereka rawan dimanfaatkan oleh okunum-oknum yang ingin menjadi pemimpin di Tanah Air.
"Pengaruh kaum wanita dalam penyelenggaraan pemilu cukup besar," ujar Humas Alumni Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia (FIS UI) 1978, Asri Hadi, sesaat sebelum seminar Presiden Pilihan Perempuan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (21/12).
Dikatakannya, suara wanita, misalnya, disinyalir sangat berpengaruh pada terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pemilihan presiden. Oleh karena itu, kata dia, pemilih perempuan rawan dimanipulasi dengan pencitraan yang baik. Padalah, belum tentu kandidat itu mempunyai integritas yang baik.
Dari fakta tersebut, lanjut Asri, menunjukkan perlunya edukasi politik bagi para perempuan. Salah satu upayanya FIS UI menggelar seminar bertema Presiden Pilihan Perempuan.
Dalam acara ini hadir pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti, dosen politik UI Chusnul Mar'iyah, dan pengamat budaya Nina Akbar Tanjung. Diharapkan, seminar tersebut dapat memberikan pemahaman bagi perempuan agar berhati-hati dalam memilih calon pemimpin pada 2014 mendatang.