REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yakin masalah nuklir Iran bisa diselesaikan.
Selama satu dasawarsa, nuklir Iran menjadi tantangan bagi keamanan nasional Negeri Paman Sam tersebut. Kemungkinan penyelesaian tersebut menyusul kesepakatan yang dicapai antara kelompok G5+1 dengan Iran pada November lalu.
"Kita mencapai penghentian pertama dan dalam beberapa kasus pengunduran kemampuan nuklir Iran. Untuk pertama kali kita telah menyaksikan itu dalam waktu hampir satu dasawarsa," kata Obama dalam taklimat akhir tahun, seperti dinukil dari AFP.
Obama mendesak anggota parlemen agar tidak menjatuhkan sanksi kepada Iran sekarang. Namun, Obama mengaku terkejut mengenai pembicaraan semacam itu di Kongres. "Sebab politik untuk berusaha kelihatan keras terhadap Iran seringkali baik ketika anda mencalonkan diri atau jika anda memangku jabatan," tuturnya.
Sebanyak 26 Senator mengajukan rancangan ketentuan, Kamis (19/12) untuk menjatuhkan sanksi tambahan atas Iran, jika Teheran gagal mematuhi kesepakatan sementara pada November. Tidak jelas kapan rancangan itu akan diserahkan untuk pemungutan suara oleh para Senator.
Gedung Putih memandang tindakan tersebut 'tidak perlu', dan mengancam akan memveto rancangan itu kalau diberlakukan.
"Kami kira itu takkan diberlakukan. Seandainya itu diberlakukan, Presiden akan memvetonya," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney dalam satu taklimat pada Kamis.
Obama berkata, sangat penting bagi AS untuk menguji kemungkinan program nuklir Iran tidak dijadikan senjata. Sebab, pilihannya adalah potensi konflik dengan segala jenis konsekuensi yang tak diiinginkan.