Ahad 22 Dec 2013 15:21 WIB

Kuba Beri Sinyal Perbaikan Hubungan dengan AS

Rep: gita amanda/ Red: Taufik Rachman
Presiden Kuba Raul Castro menyampaikan rasa marahnya kepada rakyat yang berperilaku buruk di hadapan parlemen
Foto: AP
Presiden Kuba Raul Castro menyampaikan rasa marahnya kepada rakyat yang berperilaku buruk di hadapan parlemen

REPUBLIKA.CO.ID,HAVANA-- Presiden Kuba Raul Castro pada Sabtu (21/12) lalu menyerukan Amerika Serikat untuk membangun kembali hubungan yang beradab dengan negaranya. Hal ini terkait sejumlah pembicaraan bilateral yang telah terjalin antar kedua negara mengenai isu-isu sekunder, diluar masalah sistem politik dan ekonomi yang dinilai Castro tidak bisa dinegosiasi.

AS dan Kuba dalam beberapa waktu terakhir terlibat sejumlah pembicaraan bilateral. Mulai dari masalah imigrasi, layanan pos, pencegahan bencana dan masalah keamanan lainnya. Para pejabat kedua negara menyambut baik dan menyatakan keseriusan akan pembicaraan tersebut.

Castro menutup pertemuan akhir tahun parlemennya dengan mengatakan, bahwa baru-baru ini Kuba dan AS yang selama lebih dari setengah abad menjadi musuh, telah mampu melakukan pembicaraan untuk kepentingan bersama. "Kami pikir kami dapat menyelesaikan hal-hal lain yang menarik," ungkapnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Pidato Castro terjadi selang dua minggu dari pertemuannya dengan Barack Obama di upacara peringatan kematian Nelson Mandela. Kala itu menjadi momen bersejarah, saat untuk pertama kalinya Castro berjabat tangan dengan Obama.

Gedung Putih mengecilkan jabat tangan yang terjadi saat itu, dan mengatakan hal tersebut tak direncanakan. Namun, pertemuan tersebut tetap memiliki pengaruh dengan terjalinnya sejumlah kerjasama hangat antar kedua pihak.

Para pejabat AS dan Kuba mencoba mengatasi serangkaian insiden yang berpotensi perpecahan pada musim panas ini. Termasuk dalam hal intersepsi pengiriman senjata Kuba menuju Korea Utara.

Bulan lalu di malam penggalangan dana di Miami, Obama mengatakan mungkin sudah saatnya bagi AS merevisi kebijakannya pada Kuba. Hal ini terkait embargo perdagangan yang dilakukan AS pada Kuba selama lebih dari setengah abad.

Dalam pertemuan itu, Obama mempertanyakan apakah kebijakan yang diberlakukan pada 1961 tetap merupakan cara efektif berurusan dengan Kuba.Sementara itu, Castro menegaskan posisi Kuba sejak revolusi tahun 1959.

Menurut Castro Kuba memiliki aturan, dan tak meminta AS mengubah sistem politik dan sosialnya."Jika kita benar-benar ingin maju dalam hubungan bilateral, kita harus belajar menghargai perbedaan dan terbiasa hidup damai dengan mereka," ujar Castro.

Sebuah terobosan hubungan signifikan telah terjalin antara Kuba dan AS. Namun di sisi lain, Kuba masih menahan seorang kontraktor pemerintah AS, Alan Gross. Selama empat tahun Alan dijebloskan ke penjara karena dianggap mempromosikan perubahan politik di Kuba.

Gross mengatakan saat ditangkap ia tengah berada di Kuba untuk menyiapkan peralatan komunikasi. Peralatan komunikasi itu sedianya untuk memberi akses internet tak terbatas pada kelompok-kelompok Yahudi di Kuba.

Gross kemudian ditangkap dan diadili, dengan tuduhan melakukan kejahatan negara. Ia divonis hukuman penjara selama 15 tahun.Masih belum jelas, apakah langkah pemerintah Obama dapat membebaskan Gross. Namun, Kuba telah mengisyaratkan akan membebaskan Gross. Sebagai imbalan mereka meminta empat orang warga Kuba yang dipenjara di AS atas tuduhan mata-mata dibebaskan.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement