Senin 23 Dec 2013 05:40 WIB

Laksamana Hebat Bernama Hang Tuah

Masjid di Malaka
Foto: Youtube
Masjid di Malaka

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Dalam masa kejayaan Kesultanan Malaka, tersebutlah nama seorang tokoh terkenal di dalamnya selain sultannya, yaitu Hang Tuah. Hang Tuah dikenal sebagai laksamana terhebat kala itu.

Hang Tuah ini bukan hanya sebuah mitos. Pengamat budaya Melayu, Mahyudin Al Yudra, membenarkan nama Hang Tuah ini benar adanya. “Dia adalah seorang panglima yang hebat di Kesultanan Malaka,” ujarnya.

Namun, ia menggarisbawahi Hang Tuah ini, meski hebat dan banyak prestasinya, ia tetaplah manusia biasa. Karena banyak cerita dan hikayat Melayu yang menurutnya terlalu berlebihan menggambarkan kesaktiannya.

Hang Tuah dikenal sebagai laksamana, panglima tertinggi yang memimpin pasukan di lautan. Seperti Gadjah Mada yang terkenal di Majapahit,

Hang Tuah yang cerdas dalam kepemimpinan pasukan di atas laut juga banyak menuturkan kata-kata bijak. Di antaranya, Esa hilang, dua terbilang.

Berdasarkan Sulalatus Salatin atau naskah babad raja-raja yang ditulis menggunakan bahasa Arab Melayu, Hang Tuah lahir di Kampung Sungai Duyong, Malaka, sekitar 1444. Ayahnya bernama Hang Mahmud dan ibunya Dang Merdu.

Saat muda, Hang Tuah menguasai bidang pelayaran. Ia bersama empat kawannya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, merantau dan berlayar bersama.

Suatu hari, mereka bertemu dengan tiga perahu yang berisikan pasukan dari Majapahit yang ingin memperluas daerah kekuasaan.

Hang Tuah dan kawan-kawannya berhasil menundukkan rombongan perahu tersebut. Kemudian, karena prestasinya, bendahara (setingkat perdana menteri) mengangkatnya menjadi laksamana di Malaka.

Dalam Hikayat Hang Tuah, tergambar sifat kesatria dan kesetiaan seorang Hang Tuah. Ia dan kawannya yang lahir dari kalangan rakyat jelata bisa berhasil menjadi orang penting dan namanya termasyhur hingga kini.

Akhir kisah Hang Tuah ini mengharukan karena kisah persahabatan ini akhirnya tercerai-berai. Awalnya, Hang Tuah difitnah melakukan perzinaan dan kemudian diasingkan.

Tak terima dengan hukuman yang diberikan pada sahabatnya, Hang Jebat pun memberontak dan memorak-porandakan istana raja.

Saat itu, Hang Tuah dipanggil kembali oleh raja untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh sahabatnya sendiri.

Karena kesetiannya pada raja, Hang Tuah berhasil menumpas pemberontakan tersebut dan menghunuskan kerisnya ke tubuh sahabatnya, Hang Jebat. Ia tak tahu Hang Jebat melakukan pemberontakan tersebut demi membelanya.

Melihat semua kilas peristiwa yang terjadi, hatinya pun gamang, dengan nanar Hang Tuah pun kemudian meninggalkan kerajaan. Ia tak pernah lagi kembali ke posisi tingginya sebagai laksamana di Kesultanan Malaka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement