Selasa 24 Dec 2013 08:20 WIB

Konflik Sudan Selatan Terus Melebar

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dewi Mardiani
Tempat pengungsi Sudan Selatan yang disediakan tim PBB untuk Sudan Selatan (UNAMISS).
Foto: Reuters
Tempat pengungsi Sudan Selatan yang disediakan tim PBB untuk Sudan Selatan (UNAMISS).

REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Mantan Wakil Presisen Riek Machar mengatakan pasukan loyalisnya kini menguasai wilayah produksi minyak di negara bagian Unity dan Upper Nile. Namun, ia tetap menginginkan produksi minyak berlanjut.

''Penghasilan dari minyak harus disimpan dalam rekening yang aman agar negara tak kehabisan dana akibat perang,'' kata Machar, seperti dilaporkan Aljazeera yang dikutip Selasa (24/12). Ia juga menyatakan kesiapannya berdialog untuk mengakhiri konflik dengan syarat sekutunya dibebaskan dari tahanan pemerintah.

Meteri Penerangan Sudan Selatan Michael Makuei Lueth membantah klaim Machar yang mengaku telah menduduki ladang minyak. Ia juga mengatakan pemerintah tidak akan menuruti syarat yang diajukan oposisi untuk memulai perundingan.

Selain di Jonglei dan Unity, pertempuran bersenjata juga meluas ke Upper Neil. Ketiganya merupakan ladang minyak utama Sudan Selatan. Letaknya yang berada di perbatasan dikhawatirkan akan melebar ke negara tetangga, Sudan.

Melalui siaran Aljazeera, Ahad (22/12) lalu Machar membantah tuduhan ia mencoba melakukan kudeta. Namun, ia mengakui jika dirinya ingin menjadi presiden dan akan maju pada pemilu 2015 mendatang. Ia juga meminta Presiden Kiir untuk mundur.

Aljazeera melaporkan situasi di kamp pengungsian PBB juga tak luput dari serangan. Kini para relawan juga sedang terus menguburkan jenazah yang jumlahnya terus bertambah.

Kamp Juba diisi warga Sudan Selatan dari berbagai etnis kecuali etnis mayoritas. Penghuni kamp akan marah jika suku tertentu bergabung bersama mereka. Lebih dari 100 ribu orang mengungsi akibat ketegangan politik antara Presiden Kiir dan mantan Wakil Presdien Machar. Kiir menuding Machar melakukan percobaan kudeta atasnya pekan lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement