REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ribuan lumba-lumba hidung botol yang merupakan migran di lepas pantai Amerika Serikat (AS) mati akibat terkena virus campak. Itu akibat adanya virus di sepanjang pesisir timur AS sepanjang tahun ini.
"Hal ini memiliki dampak signifikan dan itu harus kita pantau dengan sangat ketat" ujar Ahli Biologi Mamalia Laut dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Erin Fougeres, dilansir dari the Guardian, Selasa (24/12).
NOAA memperkirakan ada sekitar 39.206 ekor lumba-lumba hidung botol menghuni pesisir timur AS dengan kedalaman 25 kaki, mulai dari New Jersey hingga Florida Tengah pada 2010. Para ilmuwan mencoba mencari tahu mengapa lumba-lumba ini tewas di sepanjang pantai New York dan Florida sejak Juni lalu.
Sebagian besar lumba-lumba mati akibat gangguan ganggang beracun di Teluk Meksiko, menurut versi Fish and Wildlife Conservation Commission AS. Lembaga penelitian ini mendokumentasikan 803 kasus kematian lumba-lumba hidung botol di negara tersebut mulai 1 Januari hingga 13 Desember lalu. Ini adalah kasus terbesar sejak 1974.
Virus yang belakangan diketahui bernama morbillivirus diduga memiliki siklus 25 tahunan. Hewan yang selamat dari virus ini akan memiliki antibodi alami. Namun, hewan baru yang terkena ini dan mati berarti gagal untuk memiliki kekebalan alami itu.
Ilmuwan juga menyelidiki teori yang berkaitan dengan pemanasan global dan pencemaran lingkungan. Pada akhir 1980an, morbillivirus menyapu bersih 50 persen lumba-lumba migran di pesisir pantai AS.