REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Individu atau komunitas pecinta alam yang sedang merencanakan pendakian ke Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, pada awal Januari, dipastikan kecewa.
Itu lantaran Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) memastikan akan menutup akses pendakian ke gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
"Rencana penutupan Semeru mulai tanggal 6 Januari," kata juru bicara BBTNBTS, Nova Elina, kepada Republika, Selasa (24/12) malam WIB.
Menurut Nova, cuaca esktrem yang ditandai tingkat curah hujan tinggi dengan disertai badai membuat jalur pendakian menjadi rawan untuk dilewati. BBTNBTS yang memiliki kewenangan untuk mengelola Gunung Semeru enggan mengambil risiko.
Dia meminta pengertian kepada semua pihak untuk bisa mentaati aturan itu. Dengan begitu, diharapkan tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan jika ada pendaki yang nekat ke Semeru. "Biasanya, penutupan dilakukan selama dua hingga tiga bulan," kata Nova.
Dia melanjutkan penutupan akses pendakian juga mempertimbangkan faktor lingkungan. BBTNBTS, kata dia, juga ingin memberi kesempatan bagi ekosistem untuk berkembang secara alami tanpa gangguan manusia.
"Jalur pendakian ditutup juga dengan alasan pemulihan ekosistem hingga dianggap cukup dan cuaca mendukung," ujar Nova.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki luas sekitar 50 ribu hektare yang berada di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Lumajang dan Malang, Jawa Timur. Khusus Gunung Semeru, akses menuju ke sana terletak di Lumajang dan Malang.
Biasanya, pendaki memiliki tujuan favorit ke puncak Mahameru atau sekadar mendirikan tenda di tepi Danau Ranu Kumbolo.
Selama perjalanan, mereka bisa mendapati banyak tanaman endemik yang hanya ditemukan di sana. Antara lain, cemara gunung, jamuju, edelweis, berbagai jenis anggrek, dan rumput langka.